Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Prasetyo
Muhammad Rizqi Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - RAHAYU

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masyarakat, Pemerintah, Bisnis, dan Covid-19

5 Maret 2021   19:08 Diperbarui: 5 Maret 2021   19:11 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nasib UMKM di masa pandemi. Diakhir tahun 2019 dunia di gegerkan tentang berita virus corona atau biasa disebut Covid-19. Awal kemunculan virus tersebut berasal dari Wuhan,China dan menyebar ke seluruh dunia. Virus Covid-19 ini memiliki dampak ke segala sektor kehidupan, salah satunya adalah sektor ekonomi. Tidak bisa dipungkiri, hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia khususnya para pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang tengah berjuang menghadapi krisis ekonomi. Banyak pedagang kaki lima yang gulung tikar untuk sementara akibat pandemi ini dan ada juga yang tetap bertahan meski dengan keterbatasan modal yang dimiliki. Belum lagi kota wisata yang sebelumnya ramai akan wisatawan dan sekarang sepi, hal itu juga mempengaruhi pendapatan ekonomi kota tersebut. Pemerintah menerapkan kebijakan untuk mencegah lebih banyak korban yang tertular oleh virus dengan cara PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dilansir dari sumber https://investor.id/ Pemerintah menyadari bahwa kebijakan PSBB memiliki dampak yang begitu besar terhadap perekonomian. Namun, pemerintah harus memutuskan pilihan, antara kepentingan ekonomi atau keselamatan warga negara. Sudah pasti dengan penuh perhitungan dan konsekuensi risikonya, keselamatan warga negara adalah di atas segala-galanya. Kebijakan PSBB tidak hanya membatasi aktivitas usaha para pelaku UMKM, tetapi juga hampir semua bidang usaha, baik skala besar, bahkan pekerja nonformal terdampak dengan kebijakan ini. Sektor usaha skala menengah dan besar di bidang pariwisata seperti hotel, restoran, kafe, travel, pusat hiburan dan transportasi mengalami tekanan usaha yang sangat berat.

Di Yogyakarta kebijakan PSBB juga diterapkan untuk membatasi kegiatan sosial seperti pembatasan jam buka toko swalayan, rumah makan, warung kopi dan sebagainya. Secara tidak langsung kegiatan tersebut juga mempengaruhi laju perekonomian yang ada di jogjakarta, Malioboro terutama. Destinasi wisata yang iconic dari jogja pada masa pandemi ini terlihat sangat sepi pengunjung. Para pedagang yang berjualan disana juga tidak ada pendapatan selama kebijakan PSBB ini diterapkan. Alhasil banyak pedagang yang terpaksa tutup dan tidak melanjutkan daganganya. Andong dan tukang becak yang ada disana pun juga sepi pengunjung. Toko-toko swalayan dibatasi jam bukanya dan hanya boleh buka sampai jam 7 malam. Indomaret dan alfamart juga yang biasanya 24jam sekarang tutup mengikuti kebijakan yang sudah diterapkan. Memang kebijakan tersebut untuk mengurangi penyebaran virus covid-19, akan tetapi secara tidak langsung kebijakan tersebut juga berdampak serius bagi masyarakat khususnya di jogjakarta.

 Banyak orang yang di PHK dari pekerjaanya karena perusahaanya dan akhirnya menganggur. Pemerintah jogja sudah berupaya untuk menanggulangi masalah ini akan tetapi belum sepenuhnya terselesaikan. Terutama para pekerja disebuah perusahaan swasta yang terpaksa diberhentikan. Saat seorang pekerja diberhentikan ia mendapat potongan gaji dan juga ada yang tidak digaji sama sekali mengingat umr jogja yang terbilang cukup rendah. Akan tetapi mereka yang diberhentikan dari pekerjaanya memiliki inisiatif untuk membuka usaha kecil-kecilan.  Tak bisa dipungkiri dengan keadaan seperti ini dapat menyebakan kesenjangan ekonomi di Jogjakarta. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran yang sangat besar untuk mengatasi masalah pengangguran. Jika masalah pengangguran ini tidak segera di atasi, maka akan muncul berbagai macam tindak kejahatan seperti: pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan. Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat sudah selayaknya menciptakan lapangan pekerjaan baru yang inovatif, dan kreatif di tengah pandemic COVID-19 ini agar angka pengangguran terkurangi dan masyarakat tetap bisa memenhi kebutuhan hidupnya.

Selain memberikan dampak negative, covid-19 ini juga memberikan dampak positif dan keuntungan bagi pemilik usaha di bidang Kesehatan dan kebersihan. Terutama masker dan hand sanitizer. Dimasa pandemi harga masker dan hand sanitizer melonjak tinggi. Akan tetapi sangat diburu oleh masyarakat sehingga banyak pemilik usaha masker dan hand sanitizer mulai kesulitan untuk menyuplai barangnya ke masyarakat. Seiring berjalanya waktu masyarakat mulai mencari peluang dengan bisnis masker. Memang tidak menjanjikan peluang masker, akan tetapi di saat pandemi ini, bisnis masker lumayan menjanjikan. Beragam jenis masker mulai bermunculan dari yang kain polos hingga bermotif. Begitu banyak peluang usaha di tengah wabah corona ini. Masyarakat terutama yang belum memiliki pekerjaan, ataupun yang ingin mencari tambahan penghasilan bisa memulai usaha sesuai dengan kondisi keuangan dan peluang yang ada di sekitarnya. Diharapkan dengan mencari peluang usaha yang tepat, dapat membuka lahan lapangan pekerjaan yang baru di tengah pandemi corona ini, menyerap banyak tenaga kerja, menambah penghasilan, dan terpenuhinya kebutuhan hidup

Bisnis makanan dan minuman yang bekerja sama dengan Grab/Go-Food memudahkan masyarakat untuk membeli makanan dan minuman tanpa harus pergi keluar. Dengan adanya kebijakan PSBB yang membatasi kegiatan sosial masyarakat, solusi ini bisa menjadi peluang untuk menghasilkan uang. Driver Grab/Go-jek sangat dibutuhkan saat pandemi begini. banyak pekerja yang alih profesi menjadi driver Grab/Go-jek karena uang yang diperoleh dari menjadi driver juga terbilang cukup lumayan apabila mendapatkan orderan banyak.

Tak hanya itu,dari segi sisi sosial pun juga terkena dampak dari pandemi ini. Aktivitas sekolah yang biasa dilakukan tatap muka sekarang menjadi serba online. Sama halnya para mahasiswa yang mengeluh dengan pembelajaran yang dilakukan dengan cara online, sehingga proses pembelajaran kurang efektif seperti biasanya. Tak terkecuali mahasiswa yang melalukan aksi protes dengan tidak diturunkanya biaya pendidikanya tiap smester. Para mahasiswa mengaku banyak yang keberatan, karena dengan biaya yang sudah ditetapkan namun tidak mendapat fasilitas yang seharusnya dipakai hal tersebut menuai kontroversi di kalangan mahasiswa. Dalam penjelasan yang tertulis diatas dapat kita pahami bahwa pandemi corona memberikan dampak negative yang sangat besar bagi kehidupan dan mencangkup hampir di semua sector. Akan tetapi kita juga dapat mengambil kesempatan dan melihat peluang usaha ditengah pandemic ini walau tidak terlalu sesuai harapan. Akan tetapi apa salahya kita mencoba untuk memulai peluang?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun