Mohon tunggu...
M. Ridwan Umar
M. Ridwan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Belajar Merenung

Warga Negara Biasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dematerialisasi: Kita Hidup untuk Apa? (Bagian2)

20 September 2019   04:08 Diperbarui: 20 September 2019   04:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika pada akhirnya, apa yang terjadi di dunia ini adalah proses DEMATERIALISASI alias berubahnya materi menjadi RASA, maka wajar manusia bertanya, apa sih yang dicari dalam hidup ini?. Untuk apa ya ngenet, update status di medsos?, posting gambar selfie atau saling bully juga :). Pernah nanya gitu gak ya?


Manusia mendefnisikan apa yang dicarinya dengan beragam kata, misal KENYAMANAN. Ada yang menyebutnya dengan KEPUASAN, ada pula dengan sebutan KEBAHAGIAAN. Kalangan ekonom menyebutnya dengan UTILITAS. Satuannya disebut UTIL.   Lucu ya,,,:)

Oh, ya, Tuhan juga memberi ganjaran dengan sesuatu yang tak terlihat. Namanya PAHALA, tak kasat mata pula, tapi bisa dirasa. Dia memberinya karena ada KEBAJIKAN yang juga tak terlihat tapi terasa.


Demikian juga DOSA sebagai hasil keburukan. Wujudnya tak tampak bukan?. Katanya sih, gara-gara, pahala dan dosa yang gak kelihatan, maka manusia juga tak berambisi mengejarnya...wah...

Pendek cerita, RASA adalah produk materi, yang sedang kita buru. Perangkatnya bisa dengan uang, kekuasaan, photo, video, kata-kata, atau tulisan. Sadar atau tidak.

Saya bertemu dengan seorang traveler tua, kaya raya. Dia telah menelusuri hampir semua negara. Hobinya mengeksplorasi tempat-tempat indah di dunia, naik kapal pesiar
dan pesawat. Dari Hawaii sampai Afrika. Menyusuri Selandia Baru dan daratan China. Duitnya banyak sih...:)

Lalu, apa kesannya terhadap dunia?
Dia cuma bilang  bahwa isi dunia sama saja, bungkusnya saja yang berbeda.
Misal, ia mengatakan bahwa tak ada bedanya Pantai Hawaii dengan pantai Indonesia, gunung di India atau Jayawijaya, bahkan lebih indah negeri ini punya," katanya yakin. "Manusianya juga sama, ada yang baik-baik dan nakal juga." lanjutnya.

Sayangnya, saat itu, gadget belumlah setenar sekarang. Sehingga tak banyak photo yang dihasilkannya. Andai kita ikut dengannya, entah berapa ribu photo akan diupload ya:)

DEMATERIALISASI itu adalah akhir perjalanan manusia di dunia. Fisik akan hancur, tinggallah ruh atau sukma. Tinggalah photo kita lagi selfie di FB atau medsos. Tinggalah video yang kita upload di Youtube. Orang masih bisa mentertawakan kita walau kita sudah mati. Iya kan..?

Kitab suci menyebut bahwa selama di dunia, naluri manusia memang suka dengan materi dan mudah menilai sesuatu yang tampak. Padahal, tujuan Tuhan menciptakan dan memberi skenario hidup pada manusia supaya mereka menyadari bahwa yang tak tampak itu JELAS. Manusia diharapkan menyadari adanya DEMATERIALISASI sehingga sudi melakukan konversi menjadi RASA yang baik.

Orang suci menyebut hasil dari DEMATERIALISASI dengan kata HAKIKAT, HIKMAH, atau I'TIBAR. Filosof menyebutnya KEBIJAKSANAAN, WISDOM atau SHOPIA. Apapun namanya, semua hampir sama yaitu adanya suatu ESENSI melampaui ilmu.
 
Ketika ARCHIMEDES menemukan teori HIDROSTATIS air di bak dan mengatakan EUREKA..., maka Archimedes menemukan sebuah ilmu. Fisikawan menggunakannya membangun kapal. Sementara, kalangan ahli hikmah ketika menemukan sesuatu akan mengatakan,, Oh, ini toh, tujuan penciptaan. I understand now. Ini toh rahasianya.  I see.....Itulah tujuan kapal dibuat atau mengapa Tuhan menciptakan lautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun