Mohon tunggu...
Mozza Ezra Zappatero
Mozza Ezra Zappatero Mohon Tunggu... Pelajar

Halo

Selanjutnya

Tutup

Love

Keindahan Yang Tak Pernah Sempurna: Semangat Ignatius Dalam Canisius College Cup XL

4 Oktober 2025   21:05 Diperbarui: 4 Oktober 2025   21:05 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.jesuits.org/stories/the-life-of-st-ignatius-of-loyola/

Luka yang Menjadi Kebijaksanaan

Tidak ada perjalanan yang sepenuhnya lurus. Dalam setiap langkah menuju kebijaksanaan, manusia pasti melewati luka, kegagalan, dan pencarian.

St. Ignatius Loyola pernah hidup dalam ambisi duniawi. Sebagai ksatria Spanyol, ia berjuang demi kehormatan dan kejayaan. Namun di Pertempuran Pamplona tahun 1521, sebuah meriam menghancurkan kakinya. Dari seorang prajurit yang tersohor, ia berubah menjadi orang yang terbaring lama di ranjang sakit. Saat itulah ia menemukan bacaan tentang para santo dan mulai bertanya: apa arti sejati hidup manusia?


Ia meninggalkan pedang di Montserrat, menjalani doa dan refleksi di Manresa, bahkan merasakan jatuh bangun dalam perjalanan rohani. Kadang ia terlalu keras pada diri sendiri, kadang ia diliputi keraguan. Namun justru dari ketidaksempurnaan itulah lahir kebijaksanaan. Perjalanan panjang ini membentuknya menjadi pendiri Serikat Yesus, dengan warisan nilai-nilai pendidikan yang mengakar hingga kini.


Ignatius menunjukkan bahwa hidup yang indah tidak selalu sempurna. Luka, kegagalan, dan perjalanan penuh tantangan adalah bagian yang membentuk daya juang seseorang. Semangat ini sangat relevan bagi generasi muda, terutama dalam wadah besar yang setiap tahun mereka nantikan: Canisius College Cup XL 2025.

Pencarian Jati Diri di Tengah Tekanan

Masa remaja adalah perjalanan yang tak kalah pelik. Mereka tidak lagi berperang di medan fisik seperti Ignatius, tetapi di medan kehidupan modern yang penuh tekanan.

Remaja hidup dalam dunia yang penuh perubahan. Mereka menghadapi tuntutan akademik, dinamika pertemanan, hingga tekanan dari media sosial yang sering menampilkan standar sempurna. Tidak jarang, kegagalan kecil terasa besar, dan keberhasilan kecil terasa belum cukup.


Namun seperti Ignatius yang menjadikan luka sebagai titik balik, remaja juga dapat menjadikan tantangan sebagai kesempatan belajar. Ketidaksempurnaan tidak berarti lemah, melainkan peluang untuk tumbuh. Dengan cara itu, mereka belajar mengasah karakter, menumbuhkan optimisme, dan menguatkan solidaritas.


Canisius College Cup XL 2025 hadir sebagai ruang nyata untuk itu semua: sebuah festival olahraga dan seni yang bukan hanya memamerkan bakat, tetapi juga menanamkan nilai-nilai hidup.

Panggung Besar Generasi Muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun