Mohon tunggu...
Mozes Adiguna Setiyono
Mozes Adiguna Setiyono Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang keturunan Tionghoa tetapi hati tetap Merah Putih.

Lahir di Semarang, 2 Maret 1995

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Monumen Pejuang Integrasi Timor Timur

28 November 2013   19:43 Diperbarui: 2 Juli 2019   08:31 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vietnam Veterans Memorial di Washington D. C.

Kini sudah mencapai 14 tahun dari tahun 1999, tahun saat diadakannya jajak pendapat di Timor Timur. Meskipun begitu, ingatan akan konflik yang terjadi di Timor Timur antara kubu pro integrasi yang dibantu TNI dengan kubu pro kemerdekaan yang dibantu negara-negara Barat seakan masih fresh di benak rakyat Indonesia maupun rakyat Timor Leste. Untuk mengenang jasa-jasa para pejuang pro integrasi Timor Timur, pemerintah sudah sepatutnya membangun suatu monumen untuk mengenang mereka. Berbeda dengan Monumen Seroja di Jakarta Timur, monumen yang satu ini dimaksudkan khusus untuk mengenang para milisi pro integrasi Timor Timur.

Karena saya tidak dapat mendesain, saya jelaskan konsep monumennya dengan kata-kata. Konsep yang saya usulkan yaitu mirip Vietnam Veterans Memorial di Washington D. C., sebuah monumen untuk mengenang para prajurit Amerika yang tewas dalam Perang Vietnam. Di sana terdapat dinding memanjang yang diukir nama-nama prajurit yang gugur dalam Perang Vietnam. Untuk dinding monumen yang satu ini, kita ukir nama-nama anggota milisi yang tewas demi membela keutuhan bangsa. Setiap nama anggota milisi dikelompokkan sesuai nama kelompok milisi mereka, misal A adalah anggota milisi Mahidi maka ia akan dikelompokkan ke dalam nama-nama anggota milisi yang tewas dari kelompok Mahidi. Setiap dinding hanya akan dituliskan namanya saja, tidak pakai tanggal lahir maupun tanggal meninggal mengingat sulitnya memeroleh informasi.

Sekitar tiga meter dari dinding yang memanjang tersebut terdapat beberapa bangku panjang bagi para wisatawan maupun para peziarah agar dapat duduk-duduk. Jarak sekitar tiga meter itu dipergunakan untuk orang berjalan dan berdoa dan meletakkan karangan bunga di depan dinding tersebut. Di belakang bangku-bangku panjang itu sendiri dibuat taman agar suasana monumen terasa sejuk dan nyaman untuk berziarah.

Di tengah kawasan monumen juga dibangun sebuah tugu untuk mengenang jasa para milisi pro integrasi. Untuk tugunya, kita bangun setinggi Monumen Integrasi yang ada di Dili. Hanya saja, patungnya tidak akan sama persis dengan Monumen Integrasi. Patung yang satu ini berbentuk seseorang yang mengenakan seragam milisi, terdapat ikat kepala Merah Putih di kepala, serta tangan yang memegang senapan.

Monumen Integrasi yang berbentuk liurai dengan borgol terputus di kedua tangan
Monumen Integrasi yang berbentuk liurai dengan borgol terputus di kedua tangan
Tidak jauh dari situ juga terdapat Museum Integrasi Timor Timur. Di sana akan dijumpai foto-foto tokoh-tokoh APODETI (partai yang memerjuangkan integrasi Timor Timur ke dalam NKRI), seperti Arnaldo dos Reis Araujo, serta para komandan milisi, seperti Joao da Silva Tavares. Kemudian di sana para wisatawan dapat melihat senapan yang pernah dipakai komandan Laksaur Olivio Mendonca Moruk, seragam milisi Aitarak, naskah Deklarasi Balibo, dll. Akan ada beberapa guide untuk membantu menjelaskan para pengunjung mengenai sejarah integrasi Timor Timur. Setiap guide yang dipilih adalah warga eks Timor Timur yang tahu betul sejarah Timor Timur sesungguhnya.

Untuk lokasinya sendiri, Atambua adalah tempat yang paling cocok untuk membangun monumen ini. Alasan yang pertama adalah untuk mendongkrak sektor pariwisata di Atambua sendiri. Alasan yang kedua adalah para pengungsi eks Timor Timur paling banyak tinggal di Atambua jika dibandingkan dengan di daerah-daerah lain. Dengan dibangunnya monumen ini di Atambua, mereka dapat dengan mudah untuk melakukan ziarah walaupun sanak saudara atau teman mereka tidak dimakamkan di sana.

Agar monumen ini dapat segera terwujud, pemerintah perlu bekerjasama dengan organisasi yang menaungi para WNI eks Timor Timur yaitu UNTAS (Uni Timor Aswa'in) dan KOKPIT (Komite Nasional Korban Politik Timor Timur). Dengan kerjasama ini, diharapkan pemerintah bersama kedua organisasi tersebut mampu memeroleh berbagai informasi dengan cepat serta benda-benda bersejarah yang masih berhubungan dengan peristiwa integrasi Timor Timur.

Baca di blog saya : mozesadiguna95.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun