Mohon tunggu...
Abe Wibowo
Abe Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - Neverending Journey

Belajar bertutur lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"12 Angry Men", Satu Ruang Sarat Drama

26 Oktober 2017   14:11 Diperbarui: 27 Oktober 2017   08:25 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hi genks, ga kalah seru nih kalo kita ga bahas beberapa film terpilih berdasarkan 250 Top Movies versi IMDB yang ternyata memang termasuk keren di kelasnya dan di jamannya. Salah satunya ini : 12 Angry Men !

"12 Angry Men" garapan sutradara Sidney Lumet ternyata seru untuk diikuti. Ga nyangka aja, lokasi shooting film ini difokuskan hanya pada satu ruangan yang sumpek dan panas. Di sana ada 12 orang juri yang didaulat untuk menentukan nasib seorang anak yang diduga melakukan pembunuhan berencana terhadap ayahnya sendiri. Apalagi hukuman yang bakal diterima anak berusia 18 tahun itu adalah hukuman berdasarkan pembunuhan tingkat pertama yaitu dengan vonis mati. 

Eksekusi setruman kursi listrik telah menanti. Tak ada yang aneh awalnya dari raut muka mereka, hanya terkesan bersiap-siap untuk menentukan voting singkat, apakah anak ini bersalah atau tidak. Namun, sejak awal juri no 8 (Davis -- Henry Fonda) telah menunjukkan raut muka yang menerawang keluar. Sementara kesebelas juri lain telah menentukan voting bahwa anak ini bersalah, juri no 8 justru membuka forum untuk melihat kebalikan dari bukti-bukti yang ada dengan pernyataan "Tidak mungkin bagiku untuk mengangkat tangan (voting) dan mengirim seorang anak ke kursi listrik tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu"   

Pernyataan ini seperti 'trigger' awal film yang akan membawa kita pada alur dialog yang ketat tanpa kita sadari kita akan mengakhiri seluruh film hanya pada dinamika dialog 12 manusia yang marah dengan situasi mereka masing-masing sebagai juri. Suara minoritas juri no 8 (Davis) kini didengarkan kesebelas juri yang lain. Ada banyak yang bisa disimak dari dialog itu, ibarat detektif kita dibawa untuk menebak dengan perasaan kita apakah anak ini bersalah atas tidak. Ditambah dengan karakter personal para juri yang berbeda dalam memahami masalah hukuman itu.

Jika menonton jangan harap melihat warna-warni di film ini, karena ini film dirilis tahun 1957, dengan pita film yang masih kuno, tetapi cerita mengenai dialog 12 juri ini masih sangat aktual sampai sekarang.

Pesan dari film ini mungkin adalah bagaimana kebenaran itu tak pernah tinggal diam, bukan mengikuti arus, bukan menghakimi, bukan tak peduli, melainkan mendengarkan suara hati untuk memastikan "reasonable doubt" keraguan yang berasalan untuk melihat harapan di sana. Satu ruang keputusan yang terkesan sepi itu, saat diisi 12 angry men, menjadi sarat drama dan sarat makna. (Ab Wibowo)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun