Mohon tunggu...
liz
liz Mohon Tunggu... Freelancer - life adventurer

Pemakan segala jenis buku. Suka mencatat hidup dan maknanya, seringkali ketika sendirian saya suka memikirkan berbagai hal, menanyakan apa makna yang terkandung dalam sebuah kejadian. Otak saya berpikir lebih cepat sehingga tangan dan lisan saya tidak dapat mengimbanginya. Dan saya tidak bisa menghentikan stimulasi kimiawi-biologis-fisis yang sedang berlangsung di dalam kepala saya. Made me feel full. Mungkin sebagian kecil akan saya tuliskan dalam blog ini. Miaw :3

Selanjutnya

Tutup

Film

Ulasan Singkat Film "Maquia: When The Promised Flower Blooms"

12 Desember 2019   10:59 Diperbarui: 12 Desember 2019   11:09 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pertanyaan berikut tak asing untuk kita "siapakah yang hendaknya kita hormati?" jawaban klasiknya "pertama ibu, kedua ibu, dan ketiga ibu". Ibu. Sosok yang wajib ada dalam kehidupan manusia (kecuali bagi kamu yang lahirnya pecah dari batu :v).

Film maquia merupakan salah satu anime yang menjunjung tinggi derajat seorang ibu, memaparkan peran-perannya yang tak luput dari perjuangan. Maquia abstain dari perjuanganya menjadi seorang ibu, yaitu melahirkan. Secara biologis ia bukan ibu Ariel, namun di usia belianya ia berusaha membesarkan lahir batin seorang bayi mungil yang memegang erat jarinya sewaktu ditemukan.

Terlihat klise, hanya dipegang bayi yang bahkan buatnya menggenggam itu gerakan refleks, kebiasaan selama berada di rahim yang kemudian terbawa ke dunia. Tapi pada kenyataannya, digenggam bayi itu rasanya seperti digenggam kebahagiaan, tangannya mungil sih, dan lembut banget (cyus cobain sendiri deh). Ariel menggenggam jari maquia, maquia lantas menjadikan Ariel sebagai hibiolnya. Dengan alur yang cukup ngebut, dalam periode satu jam, bayi Ariel berubah menjadi Ariel yang sedang menanti bayinya. Sementara Maquia awet muda berkat darah Lorphnya. Yah, begitulah film, padat. Sesuatu yang harus diterima sebagai konsekuensi menonton film. Padat secara alur, eits pesan moralnya padat juga.

Berubah, perubahan, dirubah, mengubah, that's life about.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun