21 September 2023 – Dalam hening mata terus memicing, mencari celah berharap lawan lengah. Angin sore turut harap-harap cemas menyaksikan persaingan yang semakin panas. Saat kesempatan itu tak jua datang, saya mundur untuk mengambil kuda-kuda siap menyerang.
"Lasut, ah!" sergah kawan-kawan yang menjadi lawan saya di permainan gobak sodor kala itu. Lasut itu Bahasa Sunda, yang berarti saya gagal karena melanggar peraturan.
Rupanya saya kurang fokus sehingga mengambil posisi terlalu mundur melewati batas yang sudah ditentukan. Setelah saya gagal, giliran tim lawan bermain sedang tim kami berjaga di garis-garis yang sudah dibuat.
Tahukah kalian seperti apa cara bermain gobak sodor? Kalau di daerah saya di Garut-Jawa Barat, permainan itu disebut galah sodor.
Permainan gobak sodor merupakan permainan menghalangi lawan untuk mencapai garis akhir. Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Satu tim sebagai penghalang dan satu tim sebagai penyerang.Gobak sodor dimainkan pada lapangan berbentuk bujur sangkar yang pembatasnya ditandai dengan kapur. Posisi penyerang dan penjaga ditukar ketika pemain penyerang disentuh oleh pemain penghalang. (Sumber: Wikipedia)
Bagi generasi 90-an, sore hari sepulang sekolah merupakan waktunya beramai-ramai menuju tanah lapang. Tidak hanya gobak sodor, kami pun bermain engklek, kelereng, layangan, lompat tali, kucing-kucingan, dan masih banyak lagi permainan tradisional yang semakin mengakrabkan kami satu sama lain.
Seiring berjalannya waktu banyak hal yang berubah, termasuk cara anak-anak bermain. Makin majunya teknologi merupakan alasan yang paling kuat atas perubahan-perubahan itu.
Kampung Lali Gadget Membuat Anak-Anak Sadar Bahwa Permainan Tradisional Itu Seru Banget
Saya merasa beruntung lahir di akhir tahun 80-an dan menghabiskan masa bermain di tahun 90-an. Kala itu teknologi sudah ada, tetapi belum semaju sekarang. Belum banyak yang punya komputer di rumah sehingga kalau ada tugas sekolah harus mendatangi rental komputer atau warung internet.