Mohon tunggu...
Monang Widyoko
Monang Widyoko Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Lingkungan Merokok terhadap Perilaku Merokok Remaja

5 Oktober 2017   13:53 Diperbarui: 5 Oktober 2017   13:55 4090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENDAHULUAN

 Merokok merupakan kegiatan yang lekat dengan kebiasaan remaja saat ini. Terlebih rokok adalah sesuatu yang mudah dan murah untuk didapatkan. Karena mudah didapatkan itulah orang yang memiliki uang jajan kecil saja bisa mendapatkan rokok dengan mudahnya. Rokok diketahui dapat menyebabkan 25 jenis penyakit pada tubuh manusia dan menjadi salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin (Sukendro dalam Catherine, dkk 2011).  Meskipun sudah mengetahui dampak rokok secara tidak langsung, tetap saja mengkonsumsinya.

Penduduk Indonesia, terutama kalangan remaja, kurang memperdulikan kesehatannya yang diakibatkan dari rokok. Naiknya jumlah perokok remaja dialami seiring dengan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sehingga pada masa remaja adalah saat di mana mencari jati dirinya dan cenderung mencoba hal-hal yang belum pernah ia lakukan. Baik itu positif maupun negatif dan merokok salah satunya. Sehingga produsen merokok melihat itu adalah sebuah peluang dan remaja pun menjadi target pasar dari rokok sendiri. Ini terbukti dari pernyataan agensi iklan Dwi Sapta Pratama (dalam Armando, 2017) yang menyatakan produsen rokok menyasar anak muda. Di mana rokok tidak lagi diidentikan dengan kegiatan yang hanya dapat dilakukan orang dewasa atau tua, melainkan anak muda juga bisa mengikuti keseruan dari rokok sendiri.

Rokok maupun bahan bakunya sendiri memiliki pengawasan hukum dalam penyebaran dan promosi, yakni adannya PP Nomor 19 Tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, UU nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai, UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Road MapIndustri Tembakau (Zamhuri, 2011). Dari berbagai pengendalian rokok ini tentunya pemerintah banyak ditentang oleh produsen rokok, terutama petani. Sehingga hal ini memunculkan pro dan kontra. Sehingga pemerintah tidak menandatangani Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Padahal dari semua negara Asean hanya Indonesia yang tidak menandatangani FCTC.

FCTC sendiri adalah untuk melindungi generasi sekarang dan mendatang dari kerusakan kesehatan, sosial, dan lingkungan dari paparan tembakau. Ini merupakan paparan kerja dari WHO dari tahun 2003 lalu. Padahal dengan melalui ini, remaja Indonesia dapat terlindungi dari rokok dan akan menyelamatkan Indonesia dari angka kematian yang diakibatkan oleh rokok, baik pengguna aktif maupun pasif. 

Beberapa survei tentang rokok dan perokok menunjukan bahwa usia muda menjadi target pasar mereka. Survei yang dilakukan Global Tobacco Youth Survey  tahun 2000 di tiga kota besar yaitu Jakarta, Medan dan Bekasi diketahui bahwa remaja telah merokok sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) masing-masing 34%, 33%, dan 34,9%.  Selanjutnya menurut Global Youth Tobacco Survey 2004, jumlah perokok anak usia 13-15 tahun laki-laki 24,5% dan perempuan 2% dari total populasi Indonesia (Grehenson dalam Catherine dkk. 2011). Sehingga tidak heran kita menemukan iklan rokok di TV pada jam siaran yang banyak menyajikan tayangan remaja.

Lingkungan sekolah pun tidak kalah menjadi tempat sasaran produsen rokok. Ini diiringi data dari Yayasan Lentera Anak pada tahun 2015 yang dilansir dalam ebaru.net,mereka menyatakan di Jakarta, Bandung, Padang, Mataram, dan Makasar 85% sekolah di kota tersebut dikepung oleh iklan rokok baik dalam bentuk panduk, poster, stiker hingga videotron. Selain itu rokok juga masih dijual di sekitar sekolah dan bisa dibeli ecer dengan ribuan rupiah. Dengan ini Penulis ingin melakukan penelitian kecil untuk menggali pengalaman tentang perilaku merokok remaja yang dipengaruhi lingkungan sekolah yang dekat dengan rokok.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Jenis penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memahami fenomena yang dikaji (Rahmat, 2009). Menurut Creswell dalam Rahmat, pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang dialami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche(jangka waktu). Epochesendiri membedakan subjek dengan interpretasi peneliti , lalu menyusun dugaan awal tentang fenomena untuk tahu tentang apa yang dikatakan responden.

Permasalahan akan dikaji dengan beberapa pertanyaan yang akan menanyakan seputar pengalaman remaja dalam merokok. Adapun pertanyaannya adalah (1) sejak kapan anda merokok? (2) apa yang membuat anda merokok ? (3) pernah merokok atau membeli rokok dekat lingkungan sekolah ? (4) Memilih rokok itu berdasarkan apa ? (5) Pernah tidak tertarik akan produk rokok dari sebuah iklan ? baik TV baliho dan lainnya.

Informan penelitian ini mengambil data dari siswa SMA yang di mana pada masa tersebut remaja sedang gemar merokok, yang tentunya masih aktif bersekolah. Data di ambil dari remaja siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul. Penulis mengambil data dari sekolah ini karena Penulis mengenal salah satu guru PPL di sana dan ia memiliki kontak dari beberapa siswa di sana. Untuk kenyamanan narasumber, nama-nama dari para remaja yang masih bersekolah itu Penulis tidak mencantumkan nama mereka, melainkan hanya inisial dari nama mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun