Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Era Geografi Terapan!

17 Juli 2020   06:29 Diperbarui: 17 Juli 2020   07:13 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fowlerbiology.weebly.com

Untuk memperkuat eksistensinya, kalangan geograf di beri beban untuk senantiasa terus melakukan kreasi dan inovasi variasi metodoligis dalam mengembangkan disiplin ilmu geografi. Salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan model-model paradigma baru dalam ilmu sosial, ke dalam kajian geografi.  Paradigma ilmiah yang masih jarang digunakan dalam kajian geografi, yaitu penerapan metode kritis. Metode ini, berakar dari pemikiran Hubermas, di lingkungan pemikiran ilmuwan Jerman. Pada saat ini, kajian ini sudah merambah pada berbagai disiplin ilmu, salah satu diantaranya dalam geografi.

Dalam satu jurnal, sebagaimana yang tertera dalam Jurnal Geo UPI Bandung (2011), tampak bahwa trend ilmu geografi saat ini cenderung ke arah Geografi  Terapan (applied geography). Tulisan yang hadir dalam jurnal ini, datang dari berbagi perguruan tinggi dengan latar belakang disiplin ilmu spesialisasi geografi yang berbeda-beda. Tetapi, kerucut karakternya sama, yaitu berupaya keras untuk mengembangkan geografi terapan. Hampir 70-80 % tulisan mengandung karakter sebagai geografi terapan, khususnya penerapan teknologi dan/atau metode Sistem Informasi Geografi dalam menganalisis fenomena geografi di Indonesia.

Trend ini merupakan era positif bagi masa depan keilmuan geografi.  Setidaknya, dengan adanya upaya mengembangkan geografi terapan di Indonesia ini, akan membantu menjawab pertanyaan mengenai 'absennya' geografi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan strategis dalam proses pembangunan di Indonesia. Selama ini,  masyarakat --khususnya kita, kerap kali mengajukan pertanyaan:

di saat terjadinya banjir, terjadinya bencana alam, krisis ekonomi, atau konflik sosial di masyarakat, di manakah posisi geograf? Di mana ilmu geografi tengah berada? Mengapa persoalan-persoalan tersebut, yang sejatinya bisa dibaca oleh kalagan geografi manusia (human geography) malahan luput dari perhatian geograf? Oleh karena itu, sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa dengan suburnya perhatian akademisi geografi terhadap wilayah ilmu terapan, merupakan satu upaya strategis dalam menjaga eksistensi dan membangun kebisaterapannya (appliedicable) ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana dipahami bersama, terdapat tujuan dasar yang berbeda, antara geografi murni dengan geografi terapan. Meminjam pandangan dari Palm dan Brazel, sebagaimana dikutip Michael Pacione (1998)[1] : 

 ...applied research in any discipline is best understood in contrast with basic, or pure, research. In geography, basic research aims to develop new theory and methods that help explain the processes through which the spatial organisation of  physical or human environments evolves. In contrast, applied research uses existing geographic theory or techniques to understand and solve specific empirical problems. (Palm & Brazel, 1992, p. 342)

Pada geografi murni (geografi teoritik),  memiliki tujuan untuk  mengembangkan teori atau menemukan teori dan methode baru  yang bisa membantu dalam menjelaskan fenomena sosial, fisik atau keruangan. Sedangkan dalam geografi terapan adalah menerapkan teori-teori geografi dalam memecahkan masalah khusus yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Secara teoritik, geografi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu geografi murni (pure geography) dan geografi terapan (applied geography). Bila diperhatikan, pemilihan ini menjadi sangat jelas bagi kalangan ilmuwan geografi saat ini. Dalam pengembangannya, perhatian kita terhadap kedua aspek ini kadang tidak seimbang, dan juga kadang kurang peka terhadap pengembangannya.

Dalam satu waktu, kadang kita lebih fokus pada bagian geografi terapan, dan pada bagian lain kadang kita lebih peka terhadap geografi teoritik. Walaupun dalam pelaksanaannya, pada dasarnya terdapat relasi-fungsional antara geografi murni dengan geografi terapan.

 Dalam kaitan ini, Pacione (1999) mengutip pandangan Frazer :

 ...applied geography uses the principles and methods of pure geography but is different in that it analyses and evaluates real-world action and planning and seeks to implement and manipulate environmental and spatial realities. In the process, it contributes to, as well as utilizes, general geography through the revelation of new relationships. (Frazier, 1982, p. 17)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun