Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesta Nikahan: Nostalgia Budaya

8 November 2017   10:42 Diperbarui: 8 November 2017   15:02 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini,  warga kita disuguhi  informasi dan berita pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang dan Bobby Nasution. Informasi ini, disiarkan langsung oleh ragam media, dan diberitakan secara cetak oleh banyak media. Bahkan, netizen dan penulis di dunia maya pun, tidak ketinggalan untuk membicarakan masalah ini.

Kendati demikian, masih saja ada sisi yang belum terulas. Setidaknya, itulah perasaan diri, saat minim baca atau minim berita. Salah satu yang tersembulkan dalam pikiran ini, mengenai kenampakkan budaya dalam sebuah pesta pernikahan.

Sudah tentu, maksud dari wacana ini, tidak mengkhususkan pada kenampakkan yang ada dalam pernikahan Kahiyang-Bobby. Wacana ini, lebih bersifat umum, dan menelaah secara sosiologis.

Sebagaimana banyak kita perhatikan bersama,  kenampakkan budaya kerap hadir dalam sebuah acara seremonial, seperti upacara pembukaan olahraga, atau perkawinan. Masyarakat dapat dengan kusyu menyaksikan dan menikmati sajian acara budaya tersebut. Pertanyaan kita, apakah dengan menghadirkan pesta budaya, termasuk budaya adat dan tradisi dalam sebuah pesta seremonial termasuk bentuk penghargaan kita terhadap budaya ?Saya termasuk agak ragu untuk menjawab pertanyaan ini.

Pertama, kita malah bisa melihat, bahwa penampilan budaya dalam sebuah acara seremonial, ada yang bernuansa hiburan atau intertaint. Kenampakkan ini, banyak muncul dalam prosesi upaara pembukaan sebuah acara besar, seperti olahraga nasional atau olahraga internasional.

Kedua, penampilan budaya lebih merupakan bentuk komoditas ekonomi.  Banyak daerah di negeri kita, yang menampilkan peragaan seni dan tarian udaya, dengan harapan dapat menarik wisatawan.  Wisatawan menikmati tampilan budaya daerah kita, dan pendapatan daerah pun meningkat. sisi ini, kita sebutnya komodifikasi budaya untuk kepentingan ekonomi.

Hal terakhir, yang biasa dihadirkan dalam acara pernikahan, yaitu bernostalgia dengan budaya leluhur. Siapapun kita, kadang kala, terobsesi untuk mengenaikan pakaian adat, dan melaksanakan ritual adat budaya saat pernikahan.  Penuangan hasrat ini, biasanya dilakukan pada saat pernikahan.

Mencermati hal itulah, maka kenampakan budaya dalam sebuah acara seremonial, belumlah bisa diartikan sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya lokal.  Setidaknya, ada keragaman makna saat seseorang menampilkan budaya dalam kehidupannya. Namun demikian, menampilkan tradisi dalam sebuah pesta, merupaan bentuk komunikasi budaya kepada masyarakat umum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun