Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Decidophobia" Pejabat Negara

2 November 2017   07:28 Diperbarui: 2 November 2017   09:05 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita punya pengalaman buruk dalam menjalankan roda pemerintahan. Pengalaman buruk di era Orde Baru itu, yakni adanya keraguan pada proses suksesi, dengan asumsi "belum ada figur" yang bisa menggantikan pemimpin yang tengah menjabat, yang waktu itu dijabat oleh Presiden Soeharto. Anggota DPR, atau pejabat politik saat itu, kerap kali, mengeluarkan statement dukungan politikya kepada presiden Soeharto.  Keraguan-keraguan itu, kemudian menghmabt keberanian untuk mengambil keputusan yang bisa mengubah suasana kebangsaan.

Di lihat dari sisi psikologi manajemen, kita melihatnya ada indikasi, pejabat negara mengalami phobia dalam pengambilan keputusan, khususnya keputusan yang dipandang akan merubah konstelasi ekonomi dan politik.  Ragu, karena tidak memiliki informasi yang banyak. Ragu, bisa disebabkan pula karena kurang punya pengalaman. Ragu pun bisa disebabkan karena tidak ada keberanian, atau takut menghadapi resiko.

Di tingkat partai politik, para pengurus agak gamang dan ragu, untuk mengambil keputusan untuk melakukan restrukturisasi pimpinan politik. Banyak alasan untuk mempertahankan struktur yang ada. Tetapi, salah satu diantaranya bisa diduga karena kita tidak terbiasa melakukan perubahan, dan khawatir akan ada goncangan.  Meminjam istilah yang sudah ada, yaitu cremnophobia, takut pada adanya bahaya dari sebuah goncangan. Atau, dalam istilah yang lainnya, yaitu lebih berhasrat menikmati zona nyaman.

Di level pemerintahan, kekuatan penguasa kadang dikalahkan oleh 'opini' yang dibangun oleh 'lawan politiknya'. Lawan politik ini, bisa politisi bisa pula pengusaha.

Adalah sangat mudah, bagi para pemegang saham, untuk 'mengancam pemerintah'. Dengan membuat isu, jika ada perubahan regulasi, dan mengancam bisnis sang pengusaha, akan diembuskan isu 'memancing kegoncangan ekonomi'. Isu seerupa ini, sangat telak dan mudah menggoyahkan para pemimpin yang lemah mental.

Adalah menarik. Gubernur Anies Baswedan yang berani tegas mnutup hotel Alexis. Hotel dengan bisnis yang sudah menjadi raja dan populer di wilayah pemerintahan DKI Jakarta itu, dianggap memiliki 'kharisma kuat' dan sulit ditaklukkan oleh Pejabat Pemda sebelumnya. Namun, untuk kali ini, ANies Baswedan dengan kewenangan dna keberanian yang dimilikinya, ALexis bisa ditutup.

Dalam kasus serupa ini, kita melihat Anies Baswedan adalah salah satu tokoh yang tidak mengidap decidophobia, takut dalam mengambil keputusan. Keberaniannya ini, mirip keberanian Ibu Menteri Kelautan, Susi yang mengeluarkan kebijakan menenggelamkan kapal pencuri ikan. Keberanian ini, mirip dengan moyang politik Indonesia, SOekarno yang berani keluar dari PBB, saat bersebrangan pendapat dengan PBB -- organisasi internasional yang terhormat itu.

Dengan kasus ini, kita berharaphirnya pemimpin yang berani dan tidak mengidap decidophobia sehingga bisa membawa Indonesia ke suasana yang baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun