Mohon tunggu...
Inovasi

Bau Melati HOAX

7 Oktober 2017   09:34 Diperbarui: 7 Oktober 2017   09:58 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hoax, semua orang pasti mengenal makhluk satu ini. Makhluk yang hari ke hari tumbuh semakin besar. Ia semacam parasit yang bercokol di mana-mana dalam menebar kebohongan. Tapi kenyataannya banyak yang masih gemar memeliharanya. Hah.... Entahlah?

Penyakit akut media ini tidak pernah absen membuat ulah dalam kehidupan sehari-hari. Di mana ada sebuah peristiwa, di situ pula ada hoax sebagai penebar kebohongan dan fitnah.

Anehnya, berita yang ditunggangi hoax justru banyak digemari oleh penikmat media. Sepertinya hoax punya "kharisma" tersendiri. Atau karena ia mampu menyembunyikan diri di balik jubah kemunafikannya. Saya lebih yakin alasan yang kedua.

Dalam sebuah media cetak, edisi 05 Oktober 2017. Akun palsu Ust Yusuf Mansur menebar berita hoax tentang masjid yang terbuat dari pohon . ternyata pohon yang berbentuk masjid tersebut bukan sebuah masjid,  hanya bagian dari Paleis Het Loo alias istana Let Hoo yang berada di jantung negara belanda.

Belum sampai sehari postingan hoax tersebut sudah mendapat 1.100 tanggapan dari Netizen. Dan semuanya setuju dengan postingan tersebut, baik dengan menekan tombol like, love, wow, dan hahaha. Bahkan postingan tersebut sudah dibagikan sebanyak 33 kali, dan komentar sekitar 196 kali.

Hoax ibarat melati yang baunya "semerbak" dan mudah tercium oleh siapapun. Perpindahan bau hoax sangat cepat, baik dari individu ke individu dan dari individu ke kelompok. Anehnya, orang yang mendapatkannya ingin cepat-cepat mambagikan bau hoax tersebut. Maka tidak heran jika berita hoax selelu mendahului mendahului berita yanh sebenarnya.

Para penikmat medi, terutama Medsos selalu didatangi monster yang satu ini. Hanya ada dua pilihan, pertama memeliharanya dengan resiko akan berjatuhan korban selanjutnya. Atau yang kedua, yaitu memutus mata rantainya dengan cara membuangnya ke "tong sampah".

Yang terakhir marilah jadi komunikan yang bijak, tidak mudah percaya dengan berita manapun sebelum jelas kebenarannya. Dan jadilah komunikator yang jujur, yang tidak akan pernah bicara kecuali yang benar. Demikian. (bm).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun