“Saya akan terus mengabdi kepada anak-anak sampai hayat dikandung badan”.
Kalimat yang amat menggetarkan ini keluar dari lisan seorang laki-laki biasa yang hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR). Di sela pekerjaannya sebagai sopir bemo, beliau mewakafkan sebagian besar waktunya untuk mengelola perpustakaan kelilingnya.
Menggunakan sebuah bemo bertuliskan "Kutu Buku" di kaca depannya, Pak Kinong--begitu ia biasa dipanggil--berkeliling di sudut kota Jakarta, di sekitaran Tanah Abang. Pembaca langganan perpustakaannya adalah anak-anak mulai dari PAUD sampai SD. Ia juga membawa laptop untuk memutarkan Film anak-anak yang diambilnya dari situs Youtube.
Berawal dari ajakan dua orang dosen Universitas Tarumanegara untuk mengerjakan uji coba bemo listrik, tiga tahun lalu. Proyek uji coba itu ternyata tak memberi hasil yang memuaskan. Ia lalu bertemu dengan Imam Prasojo, seorang dosen Universitas Indonesia yang akhirnya mengajak Pak Kinong untuk terlibat dalam kegiatan sosial, dengan menjadikan bemonya sebagai perpustakaan keliling. Pak Kinong menyambut baik ajakan tersebut. Didukung oleh beberapa sponsor serta dua dosen dari Universitas Tarumanegara, ayah tujuh anak ini akhirnya menjadi relawan perpustakaan keliling.
Pekerjaan yang sempat terhambat selama satu tahun karena salah satu perangkat bemonya mengalami kerusakan yang cukup berat itu, akhirnya kembali berjalan setelah pihak Universitas Tarumanegara melihat kegigihan serta ketulusan Pak Kinong, dan menghadiahkan sebuah bemo berwarna ungu bertuliskan "Kutu Buku" lengkap dengan rak permanen yang berisi buku-buku.
Ketulusan dan ketekunannya telah beberapa kali diganjar penghargaan, ia telah menginspirasi banyak orang. Mencubit dinding-dinding sanubari sebagian orang yang mungkin lebih mampu dari Pak Kinong. Harapan Pak Kinong hanya satu, ia ingin anak-anak yang didatanginya bersama buku-buku akan semakin gemar membaca dan bertambah pengetahuannya.
Sebuah harapan sederhana yang membuat kita tertunduk dan bertanya kepada diri sendiri, " lalu apa yang telah engkau perbuat bagi anak-anak Indonesia wahai diri?"
*Sumber GNFI
Bogor 09122016