Mohon tunggu...
Mohammad Ikhya
Mohammad Ikhya Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan esais muda

Mohammad Ikhya Ulumuddin Al Hikam. Penulis merupakan mahasiswa jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir. Kecenderungan tulisannya seputar tentang diskursus publik, sosio-politik, dan otoritas keagamaan. Coretan yang lain juga bisa dilihat di website: fkmthi.com; tsaqafah.id; nu online, dll.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Corona, Keresahan Publik dan Ruang Agama yang Berubah

17 April 2020   09:44 Diperbarui: 17 April 2020   15:55 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebersamaan agama-agama dalam melawan Corona | sumber: twitter.com/kobrastreetart

Kuartal tahun 2020 ini agaknya menjadi masa-masa paling sulit bagi masyarakat seisi dunia. Virus Corona, yang saat ini menjadi perhatian serius publik, membuat segala sektor kehidupan seakan runtuh dalam sekejap. Ekonomi terpuruk, kesehatan memburuk, serta mayat-mayat bertumpukan membusuk, merupakan realita suram yang bisa kita saksikan di berbagai belahan dunia hari-hari ini.

Dalam catatan monitor Roylab Stats, sebanyak 215 negara telah dikonfirmasi terjangkit virus Corona. Proses penyebarannya yang begitu massif membuat angka statistik terus bertumbuh secara signifikan. Sampai saat ini bahkan tercatat dua juta lebih kasus positif di dunia, dengan total kesembuhan 544,703 jiwa dan sebanyak 145,886 korban kematian. Sebuah angka yang cukup fantastis untuk ukuran nyawa manusia.

Sementara itu World Health Organization (WHO) memperingatkan jumlah kasus dan angka kematian akan terus meningkat dalam beberapa hari dan pekan ke depan. Hal ini membuat kepanikan meluas dimana-mana. Kekhawatiran itu diperparah oleh sulitnya memprediksi kapan virus akan benar-benar berakhir.

Karena itu, segala bentuk aktivitas yang bersifat mengumpulkan banyak orang harus segera dihentikan. Sebab, virus yang diidentifikasi sebagai pandemi global sebagaimana telah secara resmi diumumkan WHO pada 11 maret bulan lalu, sangat cepat menular dari manusia ke manusia (human to human).

Kondisi ini juga tak bisa dipungkiri turut berdampak pada aktivitas keagamaan, dimana dalam berbagai bentuk ritualnya kerapkali berlangsung secara massa dan meriah.

Di barat, keuskupan dan sinagoga ramai-ramai menutup pintu. Gereja Basilica Santo Petrus telah sejak bulan lalu mengunci akses bagi pengunjung. Sejumlah gereja-gereja besar di daratan Eropa dan Amerika seperti Sagrada Familia, Santo Stefanus dan Evangelis Lutheran juga mambatasi jumlah jemaat secara drastis.

Festival purim umat Yahudi dan perayaan misa bagi umat Katolik pun yang biasanya berlangsung meriah laiknya perayaan karnaval, kali ini dilaksanakan dengan separuh hati. Hal serupa juga bisa diamati pada pelaksanaan ibadah umrah di tanah suci Makkah dan Madinah.

Dalam beberapa kasus, atribut keagamaan kenyataannya juga ikut mempercepat laju penyebaran virus. Di Korea Selatan, sebuah sekte denominasi Kristen telah melecehkan imbauan social distancing dengan tetap menggelar misa terbukti memicu kenaikan angka pasien.

Demikian juga yang terjadi di Desa Ciseeng, Bogor. Aksi nekat sejumlah warga yang menghadiri tahlilan pasien meninggal karena positif Corona akhirnya berujung menimbulkan kasus positif baru dan puluhan orang dinyatakan sebagai ODP (Orang Dalam Pemantauan).

Mouhanad Khorchide, seorang intelektual muslim Eropa, menyayangkan sikap abai para pemeluk agama. Hal itu dianggap telah mencederai nilai antroposentrisme agama dalam kewajibannya menjaga umat. Sementara itu, peneliti krisis, Frank Roselieb juga turut khawatir terhadap agitasi pandangan apokaliptisme yang justru akan memberikan "legitimasi" atas klaim akhir zaman.

Nampaknya, disparitas virus benar-benar menembus segala batas demarkasi dan sekat apapun termasuk ritual agama. Mencium batu suci, mengelilingi ka'bah, gulungan taurat, ritus doa-doa hingga tarian kebaktian adalah contoh kebiasaan yang kali ini harus dihentikan untuk sementara waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun