Keterbatasan pendampingan anak binaan dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang disebabkan oleh tingginya jumlah anak binaan dan keterbatasan dukungan sumber daya berdampak pada rendahnya self-esteem dan resilience anak binaan. Menjawab hal tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menghadirkan program pembelajaran berbasis misi 'REACH' untuk meningkatkan self-esteem dan resilience anak binaan.Â
Ketua tim REACH Elvina Khoirunisa Alim mengungkapkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di LPKA Kelas I Blitar ini beranjak dari jumlah anak binaan nasional berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang mencapai 174.432 anak. Sementara itu, lembaga binaan masih memiliki keterbatasan dukungan psikologis, sumber daya manusia, dan anggaran. Permasalahan tersebut menjadi pemantik Elvina bersama tim untuk berkontribusi mengatasi tantangan yang tengah dihadapi masyarakat, dalam hal ini LPKA Kelas I Blitar.Â
Untuk menjawab tantangan tersebut, imbuh Elvina, Tim REACH merumuskan program pendampingan yang mencakup lima misi, yakni Risecognize, Engagement, Act, Creativity, dan Hope. Berdasar pada prinsip teori well-being atau PERMA, program ini bertujuan untuk menyusun rangkaian pembelajaran yang meningkatkan partisipasi dan ketertarikan anak untuk belajar, sesuai kebutuhan kontekstual anak binaan.Â
Rangkaian program yang berlangsung selama September 2025 ini diawali dengan misi Risecognize yang mengajak peserta untuk mengenali potensi diri lewat sesi journaling, sesi forum berbagi, dan penulisan surat untuk diri sendiri. Misi ini diharapkan mampu menjadi pijakan yang membangun kesadaran diri anak binaan. "Lewat menulis, anak binaan menuangkan semua perasaan dan pikiran yang selama ini belum tersedia wadah untuk mengungkapkan," jelas Elvina.Â
Mahasiswa Departemen Matematika ITS tersebut melanjutkan bahwa misi Act merupakan misi yang menekankan keberanian menyampaikan pendapat serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab melalui latihan debat dan roleplay yang terstruktur. Sementara itu, misi Creativity dapat menggali potensi kreativitas anak binaan melalui karya sederhana yang dibuat. "Anak binaan diberikan kebebasan untuk membuat apapun sesuai kreativitas berdasarkan peralatan yang disediakan," tuturnya.Â
Lebih lanjut, sambung Elvina, terdapat pula misi Engagement yang mendorong anak binaan untuk dapat  bekerja sama, berkomunikasi, dan saling menghargai dalam sebuah tim. Harapannya, anak binaan dapat beradaptasi dengan baik ketika telah menyelesaikan masa tahanan. Pada misi terakhir, terdapat misi Hope yang mendorong anak binaan merumuskan mimpi dan rencana nyata pascareintegrasi dengan menuliskan target personal di flashcard harapan.Â
Salah satu staf seksi pembinaan LPKA Kelas I Blitar, Riska Latifatul, mengapresiasi atas pendekatan program REACH yang terstruktur sehingga dapat dipahami dengan baik oleh anak binaan. Program ini juga berhasil menarik perhatian anak binaan sehingga mereka mengikuti program dengan senang hati tanpa ada paksaan. "Program ini membawa kebermanfaatan nyata karena anak binaan dapat mengenali diri dan menemukan mimpi mereka," ucapnya.Â