“Alhamdulillah, engga jadi Full Day Schooll”, begitu celoteh seorang guru SD di Kampung saya. Ucapan bu Guru diatas, jelas tidak mewakili komunitas Guru yang ada di Indonesia, tetapi jelas pula ucapan itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam, setelah Presiden Joko Widodo membatalkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI yakni Permendikbud Nomor 23 tahun 2017 yang memutuskan sekolah hanya masuk lima hari dalam satu minggu dengan alokasi waktu 8 Jam sehari, itu artinya Full Day alias sekolah sampai sore hari.
Bu Guru diatas, bukan tidak siap mengajar hingga sore, bukan pula senang karena ada waktu lebih untuk keluarga, ia berucap begitu lantaran memikirkan anaknya yang masih kecil.
Kenapa?.
“Ya karena anak saya masih kecil bisa sekolah Agama setelah pulang SD”, lanjut bu guru.
Ya, Full Day Scholl (FDS) sempat menjadi pergunjingan masyarakat lantaran punya dampak buruk terhadap keberlangsungan Sekolah Agama atau Madrasah wabilhusu Madrasah Ibtidaiyah (Setingkat SD). Lihat disini http://v20106.kompasiana.com/mochnasir/full-day-scholl-piye-kabare-le-penak-jamanku-to_5942deeedd0fa845c0271f22
Adanya kebijakan Mentri Pendidikan ini telah menuai pro Kontra di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan Organisasi Islam terbesar di Indonesia NU bereaksi sangat keras, tapi Muhammadiyah justru mendukung FDS. Ini tentu saja menjadi tontonan menarik dalam kancah politik. NU beraksi keras lantaran sebagian besar Madrasah ada hubungannya dengan NU walaupun secara structural tidak berhubungan langsung dengan NU, tapi paling tidak, yang namanya Madrasah adanya di kampung kampung sebagai basis kekuatan NU, dengan demikian secara akomodatif penyelenggara Pendidikan Madrasah punya latar belakang keNU-an.
Adapun Organisasi Muhammadiyah, bisa dibilang sedikit yang menyelenggarakan Pendidikan Madrasah, ditambah lagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini berhubungan dengan Muhammadiyah, jadi sungguh sangat Wajar jika kemudian Muhammadiyah mendukung FDS.
Sungguhpun demikian, biarlah orang punya pandangan sendiri sendiri atas persaingan NU dan Muhammadiyah dalam menyikapi FDS ini. Yang jelas dengan dibatalkannya Kebijakan FDS oleh Presiden beberapa hari lalu, menurut saya adalah langkah yang tepat, sebab dengan langkah Presiden seperti ini, telah melegitimit, bahwa Presiden kita Bapak Joko Widodo memang hebat, beliau adalah Pahlawan --yang masih hidup--, beliau telah menang banyak dalam perguliran FDS ini, selamat untuk Pak Presiden.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah, Kebijakan yang ditempuh oleh Presiden Jokowi ini, oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tuanku Bapak Muhajir dianggap sebagai sesuatu yang lucu.
Pak Mentri Bilang “"Sangat lucu kalau dibatalkan. Wong peraturan menteri itu program PPK (Pendidikan Penguatan Karakter) kok, dan itu adalah salah satu program aksi Jokowi-JK,"
Sudah begitu saja.