Bersyukur, tepat dihari Lebaran (26/6) lalu, saya dapat memenangi perkara. Jujur saja, untuk memenangi perkara ini,sebagai lazimnya orang yang sedang berperkara, saya harus berjuang mati matian, semua tantangan syaitaniah baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, saya lawan dengan prinsip lo jual gua beli.
Dorongan untuk melawan semua bentuk tantangan yang bisa melemahkan perjuangan itu, harus saya akui berkat karib saya yang bernama “Ihsan”, Ihsan inilah yang bisa menjaga saya, ihsan bersikap selalu mengawasi semua tindak tanduk saya selama berjuang, jika dalam perjuaangan itu, saya akan tergoda untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan hukum, ihsan kemudian muncul dan memberi nasihat bahwa hal itu tidak boleh dilakukan karena punya konsekwensi akan mengalahkan perkara yang sedang dihadapi.
Meraih sebuah kemenangan tentu saja sangat menggembirakan, sebagai bentuk ekspresi dari kemenangan itu, saya tidak malu malu untuk merayakannya bersama dengan keluarga. Anak dan cucu yang tinggal di Makassar dan Yogyakarta-pun, balik ke Cilegon hanya untuk bersama sama merayakan kemenangan itu, bahkan keluarga besar saya yang meliputi empat generasi berkumpul di rumah ayah saya yang sudah ber-usia 93 tahun, ikut larut merayakan kemenangan.
Perjuangan untuk memenangi perkara ini memang tidak mudah karena godaannya sangat luar biasa, makanya tak jarang diantara kaum saya, jika menghadapi perkara, suka pura pura berjuang, tetapi manakala ada kesempatan, secara sembunyi sembunyi ia melakukan perbuatan tak terpuji yang bisa merusak arti sebuah perjuangan yang sesungguhnya.
Sekali lagi saya bersyukur, saya dapat memenangi perkara dihari Raya Idhul Fitri, betapa tidak, selama sebulan penuh, saya berjuang mati-matian demi untuk memenangi perkara ini yakni perkara memerangi hawa nafsu, sebulan berpuasa dari makan dan minum, bahkan sebagai orang yang suka corat coret membuat tulisan, saya juga berpuasa untuk menulis hal hil hul yang bersinggungan dengan orang pribadi.
Idhul Fitri, adalah hari kemenangan, meski ada yang puasanya bolong bolong tersebab beberapa hal yang melingkupi kehidupan, tetap saja orang itu merasa menang (meskipun menang tidak sempurna), merayakan Idhul Fitri dengan riang gembira, bersilaturrahmi dan bercengkrama dengan sanak keluarga yang lama tidak bertemu karena jarak dan waktu.
Selamat Idhul Fitri, Mohon Maaf Lahir Bathin.