Mohon tunggu...
Mochammad Nizar
Mochammad Nizar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajaran

Be your self

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Motivator Tanpa Pamrih

11 Mei 2022   09:17 Diperbarui: 11 Mei 2022   09:39 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini adalah kisah dari motivator saya yang hebat dalam mendidikan dan tau caranya untuk membuta bahagia keluraga dia adalah ayah saya. Beliu bernama Moh. Joni kelahiran asal Malang. 

Beliu mendidik saya dengan tegas dan sedikit keras tetapi hal tersebut tidak membuat saya membencinya melainkan ingin berterima kasih kepada beliu. Mungkin pada saat kecil dahulu beliau bersifat tegas dan sedikit keras kepada saya, saya berpikir beliu membenci tetapi seiring berjalannya waktu saya mengerti dengan cara beliau mendidik saya. 

Mungkin beliau dahulu terdidik dengan cara seperti juga. Ayah saya selalu disiplin pada hal-hal yang berhubungan dengan agama seperti membiasakan sholat waktu, sehabis magrib atau sebelum magrib wajib mengaji, dan lain-lain. 

Pernah ada cerita dulu pada saat saya kecil mungkin sekitar kelas 3 atau 4 SD saya ketahuan tidak mengaji pada sore hari karena bermain dengan teman-teman sebaya di kampung saya. Lalu kemudian dimarahi dan di pukul dengan pegangan pisau atau gagang pisau ke jari-jari saya wkwk.

Tetapi saat dewasa seperti sekarang ini saya paham dan berterima kasih karena sudah mendidik saya dengan cara tersebut, mungkin kalau tidak di didik dengan cara seperti itu saya akan tidak menjadi seperti ini, karena saya sekarang bisa merasakan hasil dari didikan beliau. 

Kemudian beliau salalu membiasakan saya jika kalau berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan bahasa jawa meskipun dahulu pada saat kecil saya hanya bisa ngomong nggeh dan sampon hanya dua itu saja yang saya mengerti pada saat kecil. 

Tetapi beliau cukup bangga terhadap hal itu karena saya sudah mulai dengan hal-hal kecil seperti itu. Secara tidak langsung beliau mendidik karakter saya dan akhlak atau adab saya terhadap orang yang lebih tua karena saya paham sekarang memang sopan santun itu penting.

Beliau selalu bilang kepada saya pada saat saya kecil dulu yaitu kalau sudah mengaji setelah habis magrib kamu boleh pergi ke masjid untuk sholat isya berjamaah dan bermain bersama teman-teman mu hal itulah yang membuat saya senang dan bersemangat.

Beliau dahulu bekerja di Pabrik Gula Krebet dan seingat saya pernah diajak kesana sekali pada saat kecil, saya melihat bekerja disana itu sungguh melelahkan dan sangat berbahaya. 

Beliau bertkata kepada saya jika besar nanti pekerjaanmu harus lebih baik dari ayah, ayah akan berusaha untuk membiayai pendidikan sekolahmu dan kakakmu dan jika sudah bekerja jangan melupakan sholatnya karena itu penting dan juga mengajinya meskipun mengaji hanya sekali seminggu.

Saya merasakan hasil didikan beliau di masa sekarang seperti bisa mengajar ngaji dikampung kemudian di undang orang-orang atau suadara-saudara untuk melakukan khataman dan lain-lain. Namun sekarang beliau sudah pensiun dari PG Krebet dan ternak burung kenari di rumah wkwk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun