Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Larangan Diskusi Oleh Masyarakat Terus Terulang?

17 Februari 2014   22:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemikiran Karl Heinrich Marx merupakan sejarah yang membuat kapitalisme bisa lebih manusiawi.  Mungkin akan berbeda jika perjalanan kapitalisme tak dikritik oleh Karl Marx.

Tak ada yang salah dalam setiap pemikiran.  Bahkan sebuah pemikiran juga akan merangsang pemikiran lebih lanjut.  Tak perlu dan tak boleh dilarang.  Pelarangan terhadap pemikiran hanya akan menjadikan sebuah masyarakat jumud.  Merasa benar sendiri.  Seperti katak dalam tempurung.

DetikNews memberitakan tentang pelarangan diskusi pemikiran Tan Malaka di Semarang.  Bukan oleh polisi tapi oleh organisasi kemasyarakatan.  Sesuatu yang seharusnya tak ada lagi di negeri yang mengaku sebagai negeri terdemokratis ketiga di dunia ini.

Bahkan alasan pelarangan disebutkan karena pada akhir hayatnya, Tan Malaka terlibat dalam komunisme.  Apakah bangsa ini tak pernah belajar sejarah tentang perjuangan seorang Tan Malaka?  Manusia yang berjuang untuk republik ini hingga ujung hayatnya ini bahkan pernah bersemboyan untuk "Merdeka 100 persen".  Sebuah semboyan yang masih terus relevan bagi kehidupan negeri ini yang masih di jajah oleh kepentingan multinasional.

Pemikran bagi bangsa yang dewasa harusnya dilawan dengan pemikiran.  Sehingga yang terlahir adalah kegemilangan sebuah bangsa.  Pemikiran bukan dibungkam untuk politik sesaat.  Apalagi kalau si pelarang bukan lembaga berwenang.

Masih jauh negeri ini rupanya, untuk menjadi bangsa yang besar.  Bangsa yang mampu melambungkan pemikiran bukan bangsa yang gemar menghunus parang demi kekuasaan yang tak jelas.


Pelajaran sejarah di sekolah sudah harus dirombak total agar masyarakat negeri ini lebih melek sejarah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun