Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kemendikbud: Nafsu Gede, Stamina Memble

15 Juli 2014   17:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:17 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya pikir, penundaan pelaksanaan Kurikulum 2013 selama setahun dipergunakan oleh jajaran Kemendikbud untuk mempersiapkan segalanya sehingga pada tanggal 14 Juli 2014 sebagai hari pertama masuk sekolah yang juga sekaligus menjadi hari pertama pelaksanaan Kurikulum 2013 tak ada masalah apa pun.  Tapi, seperti layaknya birokrasi di negeri ini yang selalu mengusung mantera "siap tidak siap, bisa tidak bisa, Kurikulum 2013 harus jalan", Kemendikbud pun menjalankan mantera itu dengan baik saat mempersiapkan Kurikulum baru ini.

Pelatihan guru dilaksanakan dalam kondisi yang sangat mepet. Baru akhir tahun pelajaran, pelatihan implementasi kurikulum baru dilaksanakan. Selama 5 hari. Apa yang didapat? (1) ceramah tentang alasan atau rasional kehadiran bayi kurikulum dengan mengumbar begitu banyak kekurangan kurikulum lama dan membaik-baikkan kurikulum baru dengan perbedaan yang bagai langit dengan bumi, (2) ceramah tentang teknis kurikulum baru harus dilaksanakan (tentang silabus yang belum jelas milik siapa dan sudah sah apa belum, tentang RPP yang juga belum bisa gambaran pelaksanaan di lapangan) (3) praktik mengajar apa adanya dan tak ada perbedaan sama sekali dengan yang lama (hanya ada istilah-istilah baru yang dipaksakan).

Lalu para pejabat Kemendikbud itu berdalih bahwa segala persiapan sudah dilaksanakan dengan baik. Lalu, tinggallah saatnya untuk menyalahkan guru jika kurikulum baru yang digadang-gadang itu sama sekali memunculkan tanda-tanda keberhasilan.  Lalu muncul menteri baru dan wakil menteri baru pada kabinet baru saat presiden baru dilantik. Apa yang akan terjadi? Saya ngeri membayangkannya!

Mau ke mana pendidikan kita?

Arah ini yang harusnya diperjelas dulu. Kalau sudah barulah tentang tetek-bengek kurikulum segala.  Tapi, yang jelas, revolusi mental guru yang seharusnya didahulukan. Gurulah yang akan menjadi ujung tombak.  Pelatihan jangan terfokus hanya pada hal-hal teknis yang menjemukan. Pelatihan harus lebih pada peningkatan kemampuan inspiratif. Dan pelatihan kemampuan inspiratif tak bisa dilakukan oleh pengawas sekolah yang rata-rata membosankan. Bagaimana muncul inspirasi dari muka-muka yang membosankan?  Hanya saja, yang jelas, revolusi mental guru akan berjalan baik jika para pejabat di negeri ini juga sudah mampu merevolusi mental dirinya. Jangan sampai muncul lagi berita seorang menteri agama menjadi tersangka korupsi. Karena agama dan korupsi harusnya bertentangan, bukannya malah disatukan oleh seorang menteri yang agama dan sekaligus koruptor. Alangkah ngerinya negeri ini!

Berita ke depan pasti akan diisi oleh berita tak sedap akan amburadulnya persiapan implementasi kurikulum baru. Harus ditunda? Ditunda pun tak akan menghasilkan apa-apa hanya sebuah penundaan waktu dan persoalan akan berulang lagi karena birokrasi kita, tak terkecuali birokrasi pendidikan yang sudah sakit akut dan sudah saatnya diamputasi.

Kurikulum 2013 adalah cermin dari Kemendikbud yang nafsunya gede tapi staminanya memble. Ngomong besar dengan persiapan yang selalu kedodoran. Lengkaplah sudah penderitaan anak negeri oleh pemimpin tanpa visi yang membumi.

Menunggu kabinet baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun