Mungkin gak sih jika pada saatnya nanti ternyata Anies menolak AHY?Â
Sangat mungkin. Politik itu tak ada yang tidak mungkin. Selagi dalam politik itu ada kepentingan, maka yang lain harus rela diduakan bahkan ditigakan.Â
Anies sudah pasti dicalonkan sebagai calon presiden oleh NasDem. Tapi NasDem sendiri belum bisa mencalonkan seorang capres tanpa koalisi dengan partai lain.Â
Koalisi yang tergambar saat ini, cuma dengan Demokrat dan PKS. Jika salah satu atau bahkan salah duanya mundur untuk berkoalisi, maka pencalonan NasDem hanya sebuah lelucon yang tak lucu.Â
PKS sih kemungkinan mau ngalah. Terutama jika melihat sejarah pencalonan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta lalu. Walaupun tak ada kadernya dalam pilkada DKI, PKS tetap setia mendukung Anies-sandi.Â
Hal yang berbeda jika bicara Demokrat. Selama ini, Demokrat menggadang gadang AHY sebagai capres. Karena mentok, kemungkinan cawapres akan menjadi harga mati untuk sebuah koalisi bagi Demokrat.Â
Hanya saja, perhitungan politik bicara lain. Benar, AHY punya partai politik. Sehingga dukungan dapat terukur. Hanya saja, jika hanya mengharap dukungan dari pemilih setia Demokrat, maka hasilnya tidak bisa untuk modal bersaing.Â
Wajar jika kemudian muncul alternatif seperti Jendral Andika dan Ridwan Kamil sebagai calon wapres potensial mendampingi Anies. Hitungan politik nya lebih bisa menarik pemilih lebih luas.Â
Hanya saja, Demokrat pasti akan merasa terzolimi. Bahkan mungkin akan merasa dihinakan karena untuk menjadi cawapres saja, AHY tak berterima.Â
Dampak lanjutannya, bisa jadi akan ada revolusi dari dalam. AHY akan dianggap sebagai kurang mampu memimpin Demokrat. AHY hanya mampu mengandalkan bapaknya untuk mengatasi masalah dirinya.Â
Semoga ada jalan terbaik untuk Demokrat. Sehingga tidak terjadi revolusi dari dalam gara gara pemilu kali ini.Â