Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politikus yang Berkebangsaan

5 September 2021   05:38 Diperbarui: 5 September 2021   05:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reformasi negeri ini ternyata juga melahirkan politikus-politikus dadakan. Otak di kepala hanya dipenuhi kepentingan jangka pendek, kepentingan golongan, dan kepentingan dirinya sendiri. 

Maka, jangan heran jika dalam waktu yang tak begitu lama ada dua menteri yang diringkus karena sebab yang sama yaitu:korupsi. Mereka politikus kemarin sore yang tidak pernah terdengar sebelum diangkat menjadi menteri. 

Ya, jadi wajar jika seorang bupati yang sudah memimpin daerah nya selama dua periode dan tidak bisa mencalonkan diri lagi kemudian mengajukan istrinya. Ketika istrinya sudah dua periode, maka mereka pun mempersiapkan anaknya sebagai pemilik giliran berikutnya. 

Bukan hanya di sebuah kabupaten di Jawa Timur yang kondisinya seperti itu yaitu suami istri ditangkap KPK karena demokrasi sudah mati.  Beberapa daerah lain juga terjadi dinasti yang membahayakan demokrasi. 

Politikus politikus di Senayan juga tidak pernah jelas apa yang dikerjakan nya. Karena undang undang hasil kerja legislasinya pun cuma bisa dihitung dengan jari. Jauh sekali dari rencana awal tahunnya atau prolegnas. 

Negeri ini jadi sibuk dengan rebutan kekuasaan. Tidak ada partai yang mau menjadi oposisi. Kecuali terpaksa. Bisa dilihat dari PKS yang tak diajak. Juga Demokrat yang sempat berharap. 

Menjadi oposisi berarti menjadi paria. Tidak punya pendapatan apa apa. Sehingga isu yang dimunculkan kaum oposisi pun isu receh cuma demi mengganggu pemerintah belaka. 

Kalau sudah seperti ini, wajar jika bangsa ini merindukan politikus yang berkebangsaan. Misalnya saja kita merindukan tokoh seperti Muhammad Hatta. Tokoh bangsa ini yang memang terkenal bersih hingga akhir hayatnya. 

Ketika Senayan menjadi ajang pamer kekayaan, maka seorang Muhammad Hatta tidak bisa membeli sepasang sepatu.  Sebuah kontras yang terjadi bukan hanya dalam bentuk fisik akan tetapi lebih beda jauh dalam sikap mental. 

Akankah negeri ini bangkit ketika politikus negeri ini tak lagi berkebangsaan? Entahlah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun