Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dalam Hal Ini, Luhut Benar

16 Juni 2021   05:29 Diperbarui: 16 Juni 2021   05:37 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luhut Panjaitan (Kompascom)

Ada yang cukup aneh di negeri ini. Kebencian terhadap negara yang bernama China muncul secara irasional. Pokoknya, semua yang dari China itu jelek. Maka, semua harus bersih dari unsur kecinaan. Sekecil apa pun itu. 

Pemerintah sendiri selalu dicacimaki ketika menjalin hubungan dengan China. Terus memang China berbeda dengan Belanda, Inggris, Amerika, Korea Selatan, atau Jepang? Kenapa China selalu ditanggapi berbeda? 

Memang, kalau dilihat dari sejarah, Orde Baru telah berhasil menanamkan rasa itu. Kebencian irasional terhadap China. Alasannya adalah keterlibatan dalam peristiwa tahun 65. 

Akan terapi, kalau dipikirkan lebih tenang, bukankah Belanda malah sampai 350 tahun menjajah kita? Bukankah kekejaman Jepang walau cuma 3,5 tahun tapi begitu mendalam dalam ingatan? 

Di pentas dunia sendiri, China memang muncul sebagai penyeimbang baru bagi adidaya yang selama ini sudah mengkotak kotak dunia dalam cengkraman mereka. Wajar juga jika mereka berupaya untuk terus mempertahankan dominasi tersebut. Apa pun dilakukan demi kepentingan mereka. Kita dapat melihat bagaimana sikap Amerika terhadap muslim Uighur dan bagaimana pula sikap Amerika terhadap muslim Palestina. 

Pemerintah Indonesia punya kebebasan untuk menjalin kerjasama dengan negara mana pun di dunia. Keuntungan menjadi orientasi kerja sama. Kalau buntung, ngapain kerja sama? 

Keuntungan yang didapat Indonesia dalam menjalin kerjasama juga tak mungkin merugikan negara lain. Karena kerja sama memang bertujuan untuk saling menguntungkan kedua belah pihak. 

Jika pemerintah Indonesia melakukan kerja sama dengan pemerintah China, tentu Indonesia dan China harus mendapatkan keuntungan bersama berkat kerja sama yang dijalin. Sekali lagi perlu ditegaskan di sini bahwa kedua pihak harus menerima manfaat berkat kerja sama tersebut. Tidak boleh ada yang dirugikan. 

Orang orang negeri ini yang selalu marah marah jika pemerintah Indonesia melakukan kerja sama dengan pemerintah China tidak pernah marah ketika pemerintah Indonesia melakukan kerja sama dengan negara lain. Padahal, tujuan kerja sama selalu sama, sebagaimana sudah disebutkan di atas. Ada yang aneh kan dalam cara berpikir mereka? 

Mari kita berpikir lebih jernih dalam melihat persoalan. Kalau kita mendapatkan keuntungan dengan bekerja sama dengan China, kenapa malah marah marah? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun