Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merindukan Habibie

6 Maret 2021   12:14 Diperbarui: 6 Maret 2021   12:18 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habibie (Ayosemarang.com) 

Politikus seperti Habibie tak banyak. Habibie langsung meminggirkan Golkar agar berdiri sendiri. Tidak besar karena nggelayut ke pemerintahan. Walaupun sebelum diangkat sebagai Presiden, Habibie adalah orang Golkar. 

Artinya, Habibie merasa selesai dari politik setelah menjadi kepala negara. Habibie menjadi milik seluruh bangsa ini. 

Kemudian, Habibie tidak balik ke politik setelah selesai menjadi kepala negara. Karena, orang yang sudah menjadi kepala negara sudah terlalu besar untuk menjadi politikus. 

Habibie tetap berdiri sebagai seorang negarawan yang selalu dihormati oleh siapa pun di negeri ini. Habibie adalah orang besar yang tetap besar. Seorang yang sudah berada pada posisi negarawan sejati. 

Oleh karena itulah, sebaiknya siapa pun yang sudah mencapai puncak tertinggi posisi di negara ini tak usah mengerdilkan diri mengurus politik yang selalu penuh intrik. 

Siapa pun yang sudah duduk di posisi kepala negara harus menjadi negarawan sejati. Berdiri di atas segala kepentingan karena sudah tak punya kepentingan apa apa lagi kecuali jayanya bangsa ini. 

Bukan hanya kepala negara. Kepala kepala lembaga tinggi negara seharusnya juga tidak usah mengkerdilkan diri menjadi politikus. Apalagi kembali bermain intrik intrik. 

Mungkin ada grup mantan presiden. Ada grup mantan wakil presiden. Ada grup mantan ketua MA. Ada grup mantan ketua DPR. Ada grup ketua MPR. 

Grup orang-orang besar. Orang-orang yang setiap katanya akan didengarkan semua orang karena nirkepentingan jangka pendek. Nirkepentingan politik. Nirkepentingan pribadi dan kelompok. 

Orang-orang besar yang kemudian turun ngururin politik bisa jadi jiwa mereka belum meningkat dari kekerdilan nya. Sehingga hanya wadagnya saja yang seakan besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun