Mereka bukan takut vaksin tapi takut disuntik. Bener lho. Dan dia bukan anak kecil umur lima tahunan. Dia seorang kakek dengan cucu sudah lima biji.Â
Ternyata tak sedikit yang problemanya adalah takut dengan jarum suntik. Entah ini sebuah fobia atau cuma takut biasa. Hanya saja kalau takut biasa kan cuma waktu anak anak saja. Kalau sudah kakek kakek masih tetap takut?Â
Dulu, waktu kecil saya termasuk orang yang takut disuntik. Bukan apa apa, karena anak umur 5 tahunan melihat jarum suntik yang dibakar dulu, walaupun menggunakan lilin  kemudian jarum suntik itu masuk dalam tubuh kita.Â
Sebetulnya, bukan itu juga seperti nya. Lebih takut lagi ketika mendengar jeritan teman saat mereka disuntik bahkan sampai meronta ronta.Â
Pengalaman seperti ini yang dulu tak pernah disadari orang dewasa dapat menimbulkan perasaan traumatis. Seolah-olah rasa sakit teman itu pindah semua ke dalam tubuhnya. Sehingga muncul penolakan yang besar karena gambaran yang salah.Â
Terus pertanyaan nya, apakah proses vaksinasi yang memang harus dilalui semua orang saat ini harus dilakukan melalui suntikan?Â
Mungkin ini pertanyaan bodoh. Tapi, jika melihat jumlah manusia yang takut jarum suntik bukan cuma bisa dihitung dengan jumlah jari, maka hal seperti ini tak boleh dianggap sepele.Â
Misalnya, vaksinasi covid dilakukan dengan meminum tablet atau apa sajalah bentuknya, asal bisa diminum atau tidak perlu disuntik. Gitu. Sehingga orang orang yang memang mau dan siap untuk divaksin tapi takut disuntik tidak harus bergulat dan bergelut dengan perasaan mereka sendiri.Â
Selama ini mungkin tidak bermasalah karena tidak ada vaksinasi yang harus seperti ini. Selama ini tak terekam jumlah para takuter suntikan ini. Pilihan untuk tidak disuntik selalu tersedia. Sehingga mereka tak pernah ketahuan jumlah aslinya dan selalu dianggap jumlah mereka tak melebihi jumlah jari kita.Â