Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tuliskan Ide Anda, Jangan Banyak Omong

23 Januari 2021   15:38 Diperbarui: 23 Januari 2021   15:45 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu diadakan sebuah rapat lintas bagian. Tujuan nya untuk menjaring ide dalam menghadapi pandemi yang entah akan berakhir kapan. Rapat sudah dijadwalkan seminggu yang lalu. Peserta rapat sudah diberikan tugas untuk mengemukakan ide idenya tentang apa yang harus dilakukan perusahaan ketika pandemi berkepanjangan. 

Beberapa orang datang dengan ide yang masih nongkrong di kepala. Beberapa sudah siap dengan tulisan lengkap. 

Inilah petaka yang terjadi. Kebiasaan orang yang selalu menganggap bahwa sebuah ide cukup disimpan di kepala. Ketika butuh nanti tinggal dikeluarkan saja. 

Padahal, sebuah ide yang masih ngejogrok di kepala bukanlah sebuah ide. Walaupun ada orang tetap maksa itu sebuah ide. Kalau dipaksakan itu sebuah ide, maka ide tersebut masih mentah banget. 

Terus untuk apa membicarakan atau merapatkan sebuah ide yang masih ada di kepala pemiliknya. Rapat pun akan ngelantur ke mana-mana. Tak ada panduan jelas dalam rapat. 

Berbeda. Sangat berbeda jika sebuah ide sudah dituliskan. Ide itu pasti sudah diolah. Ide sudah mengalami proses panjang untuk dikemukakan. Ide itu sudah hampir matang. 

Ketika dalam sebuah rapat, yang dibicarakan adalah ide yang sudah dituliskan maka ide tersebut akan semakin lengkap setelah rapat diselesaikan. Arah rapat juga sudah jelas. 

Tulisan juga akan menjadi dokumen yang terpercaya. Dapat menjadi pandauan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Jika di perjalanan ada persimpangan tafsir, maka rujukan jelas, dokumen tertulis. 

Keluhan sering terjadi jika ada usul sebuah tindakan atau sebuah program, tapi program itu sama sekali belum tertuliskan. Repot membahasnya karena sering hanya mengikuti arah angin belaka. 

Seorang teman, ketika mendapatkan usul, selalu bilang tuliskan usulmu. Saya tak mau jika kamu usul tapi cuma dengan omongan. Biasanya, kalau usul berupa omongan itu usul asal usul belaka. 

Tuliskan saja usulmu. Ketika kamu menuliskan usulmu kamu pasti akan menemui banyak tantangan. Selesaikan olehmu dulu. Atau banyak alternatif dalam tulisanmu. Baru itu sebuah usul bermutu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun