Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Terima Kasih Atas Tanggapan Admin

16 Januari 2021   09:40 Diperbarui: 16 Januari 2021   09:46 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah melayangkan keluhan dan tulisan berupa keluhan tersebut diturunkan dari pilihan, saya sudah berniat banget meninggalkan Kompasiana. Biarkan saja Om Felix ngeledekin. Tekad sudah terlanjur bulat. 

Aplikasi Kompasiana sudah aku uninstall. Dan dua hari benar-benar saya lupakan Kompasiana. Mungkin ini jalan terbaik, pikirku. Saya tak mau ada penjajahan di negeri ini karena tak sesuai dengan konstitusi. Wah, serem ya, bilang bilang konstitusi segala. 

Hingga pagi ini aku buka surel. Dan salah satu surel tersebut ternyata dari admin Kompasiana.  Ada apa Kompasiana ngirim surel? 

Pas aku baca, hatiku lumer juga. Kejengkelanku pada Kompasiana langsung lumer. Bagaimana pun cinta Kompasiner kepada Kompasiana lebih besar dari sekadar persoalan yang mungkin muncul. Kita semua merasa sudah klik banget dengan Kompasiana. Bahkan, saya sendiri sudah nongkrong bikin lapak sejak 2010 lalu. Tanpa berhenti menulis kecuali lagi banyak acara banget. 

Banyak acara pun. Gak sempat menulis pun. Saya selalu berusaha untuk buka Kompasiana minimal tiga hari sekali. Karena sekadar menyapa teman-teman dengan memberikan sekadar penilaian ada sesuatu yang tak bisa dibegitukan sebegitunya. 

Surel dari Kompasiana seperti yang saya unggah di atas membuat saya merasa benar benar dianggap keluarga. Bukan hanya ketika dibutuhkan. Kita dianggap ada kapan saja dan di mana saja. Diwongke. Diorangkan. Itu sudah lebih dari segala nya. 

Aplikasi saya install kembali. Pagi ini aku buka Kompasiana lagi. Dan jari jari ini seakan tak tahan untuk menceritakan kabar gembira ini. Kenapa cuma kabar susah yang disampaikan kepada teman, sedangkan kabar gembira dinikmati sendiri? Tidak kita semua keluarga. Sehingga susah senang kita nikmati bersama. 

Terima kasih Kompasiana. Jangan jengah kalau cuma dikritik. Karena kami semua siap selalu membesarkan Kompasiana sebagai sebuah media warga paling terpercaya saat ini di negeri ini.

Kalau ada yang nulis kritik tanggapi dengan hati lapang. Sehingga kita menjadi sama sama dewasa. Sama-sama menganggap kita sebagai sebuah keluarga. Jangan malah terkesan emosi karena akan banyak yang lari. Sama sama rugi. 

Hidup Kompasiana. Terima kasih. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun