Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jerat Penggerak Gerombolan 22 Mei

19 Mei 2019   21:07 Diperbarui: 19 Mei 2019   21:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemungkinan pendomplengan terorisme dalam pelaksanaan gerakan people power yang dirancang dilakukan pada tanggal 22 Mei,  bertepatan dengan pengumuman hasil rekapitulasi nasional pileg dan pilpres, sudah disampaikan oleh pihak keamanan, dalam hal kepolisian Republik Indonesia. Tapi tetap saja orang seperti Fadli Zon menganggap peringatan Kepolisian ini sebagai upaya menakut-nakuti belaka. Sikap yang tidak bijak yang dilakukan oleh seorang Wakil Ketua DPR. 

Lalu,  kemarahan akibat provokasi yang terus menerus dilakukan oleh ustaz ustaz dan para provokator sudah terlihat dari tayangan video ancaman pemenggalan kepala seorang kepala negara. Harusnya hal demikian disadari bersama sebagai sebuah kesalahan fatal dalam kehidupan berdemokrasi. 

Demokrasi menyediakan saluran saluran hukum yang sudah dirumuskan bersama. Jika ada sesuatu yang menyimpang dari aturan bersama,  maka hendaknya koridor konstitusi itulah yang ditempuh. Bukan provokasi provokasi ala preman jalanan yang sudah kita sepakati untuk kita tinggalkan karena tidak sesuai dengan sebuah negara hukum dan kehidupan berdemokrasi. 

Demokrasi memang menjadi jalan paling baik untuk saat ini. Apa pun masalah dalam kehidupan kita bernegara jangan sampai kita mundur ke jaman preman jalanan. 

Kekalahan itu biasa. Tinggal sodong lima tahun lagi. Dengan menunjukkan kerja nyata, bukan dengan penyebaran berita berita menyesatkan hanya demi kekuasaan. Kita harus bersama menjaga negeri ini tetap aman dan damai. Belajarlah dari negara negara yang sudah terkoyak di Timur Tengah. 

Belajar Demokrasi bisa juga dari negara tetangga kita Australia. Kekalahan itu biasa. Kekalahan bukan sesuatu yang hina. Kekalahan hanyalah petunjuk ketidaksesuaian antara kemauan rakyat dengan kemauan penguasa sehingga pemilu menjadi cara sahabat untuk mengganti penguasa yang lebih dikehendaki rakyat. 

Provokasi kecurangan dengan segala dalil-dalil nya,  sangat tidak baik bagi kehidupan Demokrasi.   Jika ada bukti kecurangan maka pergunakan mekanisme yang ada. 

Teriak teriak kecurangan dengan tanpa bukti dan kemudian mengerahkan masa adalah prilaku baru bar. 

Jika terjadi kerusuhan atau korban,  maka wajib hukumnya bagi mereka yang menggerakkan peristiwa bar bar ini untuk bertanggungjawab. 

Seret mereka ke penjara. Ini negara perlu kedamaian bukan kerusuhan.  Ini negara dalam Koridor hukum bukan negara bar bar preman jalanan. 

Selamat berpuasa. Selamat menjaga negeri ini dari petualang petualang genit. Sok ng ustad tapi menebar kebencian. 

Kembalikan agama pada fitrahnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun