Mental muhajirin memang mental petarung. Â Tak ada penakut yang berani keluar kandang. Â Hanya petarung-petarung handal yang siap bertarung walau harus di negeri orang.
Kenapa kita mempermasalahkan para petarung handal?
Mentalitas mau enak saja. Â Tak usah bersaing. Â Jangan ada saingan. Â Kalau ada orang yang handal kita cari celah kelemahannya dengan isu tenaga kerja asing. Â Apalagi politikus rakus. Â Isu TKA adalah isu paling empuk untuk membela para pemalas. Â Untung di pemalas. Â Untung di politikus rakus. Â Rugi di negeri ini.
Orang kita tak siap bersaing!
Ah, mental loe aja kali. Â Negeri ini penuh dengan petarung-petarung handal yang siap bertarung dengan siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Â Generasi milenial sering menganggap dunia sebagai sebuah kampung belaka. Â Mereka bisa pindah dari satu kota di sebuah negara ke kota di negra lain seperti kita zaman dulu berjalan menuju kampung sebelah.
Tapi mereka para TKA itu juga tenaga kasar!
Tenaga kasar juga perlu mentalitas petarung. Â Jangan mau enaknya saja. Â Pengusaha di suatu daerah kadang membawa pekerja dari daerahnya untuk mengerjakan proyek di daerah lain. Â Kenapa? Â Karena pekerja dari daerhanya lebih rajin. Â Juga sudah mengenal karakternya. Â Dan masih banyak lainnya.
Demikian juga antarnegara. Â mereka lebih senang kalau tenaga kerja yang mengerjakan proyeknya orang dari negaranya. Â Kenapa harus kita permasalahakan? Â
Tapi Cina!
Mau Cina, mau bule, mau negero sama saja. Â Biar saja bekerja di sini. Â Biar orang sini bisa lebih mau bersaing. Â Lebih bermental petarung. Â Jangan cengeng. Â Apalagi kaya politikus-politikus yang bisanya memanfaatkan isu tanpa peduli apa pun.
Mari kita hadapi persaingan ini dengan lebih meningkatkan kemampuan diri kita.
Ayo!!!