Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Kita Lebih Hebat atau Lebih Lemah Dibanding Ilmuan Klasik?

25 Maret 2019   10:14 Diperbarui: 25 Maret 2019   10:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bebrainfit.com

Sebagai contoh adalah hubungan antara dokter dan ahli farmasi. Pada zamannya dahulu, seorang dokter adalah profesi yang dapat menangani sekaligus memberikan obat pada pasien, namun pada masa kini peran pembuatan obat itu diserahkan kepada ahli farmasi sehingga tugas dokter menjadi semakin sempit, yakni hanya memeriksa dan mendiagnosa pasien untuk kemudian diberikan racikan obat yang harus ditebus di apoteker.

Pekerjaan dokter terus menyempit menjadi spesialis ini itu, misalnya spesialis gigi, kemudian spesialis bedah mulut, spesialis THT dan seterusnya, justru pada area yang sangat berdekatan.

Masyarakat milenial sebaiknya tidak memihak kepada salah satu kutub, tapi membuat elaborasi atas keyakinan dan rasa syukur bahwa kapasitas otak manusia yang terpakai hanya di bawah 10 persen dari seharusnya, masih banyak ruang kosong.

Spesialisasi memang lebih dalam tapi mereka lebih terkungkung atas ketidaktahuan atau bahkan ketidakpedulian pada banyak hal, sehingga menjadi generalis adalah keniscayaan zaman ultramodern. Nantinya akan tercipta manusia spesialis yang generalis multi tasking.

Yang berbahaya pada era milenial ini adalah 'spesialis hoaks generalis' yang tahu banyak hal untuk disesatkan, kemudian dibantu oleh para pengikutnya yakni para 'spesialis copas tok yang belum tercerahkan', maka calon korbannya harus pula membentengi diri menjadi netizen generalis. Welcome back manusia generalis! ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun