Mohon tunggu...
mkhalilazmimanurung
mkhalilazmimanurung Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa aktif di universitas Malikussaleh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Potensi Techopreneur dalam kurikulum perguruaan tinggi dan enjawab Tantangan Penganguran Terbuka Globalisasi Sumber Daya Manusia

26 Juli 2025   11:23 Diperbarui: 26 Juli 2025   11:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Potensi Technopreneur dalam Kurikulum Perguruan Tinggi dalam Menjawab Tantangan Pengangguran Terbuka dan Globalisasi Sumber Daya Manusia

Pendahuluan

Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, tantangan dunia kerja semakin kompleks. Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah tingginya angka pengangguran terbuka, terutama di kalangan lulusan perguruan tinggi. Ironisnya, meskipun jumlah institusi pendidikan tinggi terus bertambah dan akses terhadap pendidikan semakin mudah, tidak sedikit lulusan yang belum mampu beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berubah.

Di sisi lain, globalisasi sumber daya manusia menuntut setiap individu untuk memiliki daya saing global, keterampilan digital, serta kemampuan berinovasi. Dalam konteks inilah technopreneurship (kewirausahaan berbasis teknologi) muncul sebagai pendekatan strategis yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum perguruan tinggi guna menjawab dua tantangan besar tersebut: pengangguran terbuka dan globalisasi SDM. Technopreneurship: Lebih dari Sekadar Wirausaha

Technopreneur bukan hanya tentang membangun bisnis, tetapi tentang menciptakan solusi berbasis teknologi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat. Seorang technopreneur tidak hanya memiliki jiwa kewirausahaan, tetapi juga kemampuan teknis seperti penguasaan teknologi digital, pemrograman, desain produk, dan inovasi. Dalam era industri 4.0 hingga society 5.0, technopreneurship menjadi jembatan antara kemampuan teknis dan kebutuhan pasar.

Penerapan technopreneurship dalam pendidikan tinggi akan memberikan mahasiswa wawasan baru bahwa menjadi lulusan sarjana bukan berarti harus menjadi karyawan, melainkan juga bisa menjadi pencipta lapangan kerja. Hal ini sangat relevan dalam menghadapi ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan ketersediaan lapangan pekerjaan, yang merupakan salah satu penyebab utama pengangguran terbuka.

Peran Strategis Perguruan Tinggi

Sebagai institusi penghasil sumber daya manusia terdidik, perguruan tinggi memiliki peran vital dalam menyiapkan lulusan yang adaptif, kreatif, dan inovatif. Pengembangan technopreneurship dalam kurikulum bukan sekadar menambah mata kuliah kewirausahaan atau teknologi, tetapi membangun ekosistem pembelajaran yang mengintegrasikan teori, praktik, dan kolaborasi lintas disiplin.

Kurikulum perguruan tinggi yang berbasis technopreneur dapat mencakup:

  • Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang mendorong mahasiswa membuat prototipe produk teknologi untuk menyelesaikan masalah riil di masyarakat.
  • Kelas kolaboratif antara mahasiswa teknik, ekonomi, desain, dan ilmu komputer untuk menciptakan solusi inovatif.
  • Program inkubasi startup dan kompetisi bisnis teknologi, bekerja sama dengan mitra industri dan pemerintah.
  • Pendampingan dan pelatihan digital seperti coding, design thinking, manajemen inovasi, dan e-commerce.

Dengan pendekatan tersebut, mahasiswa tidak hanya dibekali dengan ilmu, tetapi juga pengalaman langsung membangun bisnis atau produk teknologi yang memiliki nilai pasar.

Menjawab Tantangan Pengangguran Terbuka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun