Sedangkan tips yang kedua, yaitu praktik bersyukur adalah praktik yang sudah akrab kita lakukan. Ajaran agama apa pun mendorong praktik bersyukur ini. Namun neuroscience memberikan cara bersyukur yang berbeda, yaitu kita harus lebih spesifik menyebut apa yang kita syukuri itu.Â
Bahkan kita harus mendeskripisikan dalam 1 atau kalimat yang pendek dan setiap kali kita bersyukur, apa yang kita syukuri harus berbeda dengan yang sebelumnya. Sebenarnya bersyukur yang dianjurkan oleh neuroscience ini adalah latihan untuk selalu menyadari adanya hal-hal positif di diri kita atau di sekitar kita yang kita cenderung luput untuk menyadarinya. Kita lebih mudah mengingat atau menyadari hal-hal yang negatif pada diri kita atau di sekitar kita, padahal itu tak membuat kondisi otak kita menjadi berfungsi maksimal.
Itu sebabnya praktik bersyukur yang didorong oleh neuroscience harus ditulis bukan diucapkan. Kegiatan ini disebut dengan menulis jurnal. Lagi-lagi ini semua sudah melalui penelitian yang panjang. Praktik bersyukur ini jika dilakukan seminggu saja, maka efeknya akan terus berlangsung di minggu berikutnya, meski kita tak melakukan praktik bersyukur lagi.
Neuroscience menganjurkan agar kita melakukan praktik bersyukur setiap hari dan bukan hanya sekali tapi beberapa kali. Bagaimana ini memiliki efek dalam meningkatkan immune system? Tentu ini ada penjelasan ilmiahnya yang bisa dibaca di Facebook Page yang saya sebutkan di atas.
Lalu neuroscience juga mendorong praktik ketiga, keempat dan kelima. Semua praktik ini bukan praktik yang asing kita lakukan setiap hari. Kita hanya tidak tahu bahwa praktik itu sebenarnya bisa meningkatkan immune system kita.
Sayangnya pemerintah dan berbagai pihak belum mengenal berbagai hasil penelitian ilmiah ini. Padahal pemerintah di berbagai negara maju sudah. Pemerintah masih terpaku pada anjuran untuk meningkatkan immune system yang lama, bukan yang baru seperti dijelaskan di atas ini.
M. Jojo Rahardjo