Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berumur Panjang, Cerdas, dan Berjiwa Sehat, Bagaimana Caranya?

22 Mei 2019   21:34 Diperbarui: 24 Mei 2019   19:21 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Robert Waldinger (news.harvard.edu )

Robert Waldinger, director of the study and a professor of psychiatry at Harvard Medical School bersama dengan peneliti lain melakukan penelitian sepanjang 80 tahun lamanya. Ia meneliti faktor apa yang membuat orang panjang umur? Penelitian itu dimulai tahun 1938 hingga sekarang melibatkan ratusan laki-laki dan pasangannya sejak mereka muda (masa universitas).

Ternyata faktor utamanya bukan makanan yang sehat, bukan olahraga yang teratur, bukan kekayaan, bukan IQ, bukan juga keturunan, tetapi relationships yang baik terutama dengan orang-orang terdekat, teman, saudara dan orang-orang yang lebih jauh. 

Panjang umur adalah gambaran tubuh yang sehat. Sedangkan tubuh yang sehat diperoleh dari jiwa yang sehat, karena tak memiliki rasa cemas, takut atau kemarahan. Secara umum panjang umur bisa menggambarkan 2 hal yang amat berkaitan satu dengan lainnya, yaitu tubuh yang sehat karena memiliki jiwa yang sehat (bahagia) atau sebaliknya.

Artikel ini adalah sedikit kisah pengalaman hidup saya sendiri yang berkaitan dengan membangun relationships dengan pasangan saya, dan orang-orang lain. Setidaknya ada 4 kegiatan rutin yang saya lakukan setiap hari untuk bisa terus memiliki relationships yang baik sebagaimana disebutkan di awal artikel ini.

***


Selasa pagi 14 Mei 2019 kembali saya ke UGD di sebuah RS, padahal Sabtu tengah malam 11 Mei lalu saya baru saja ke UGD karena lambung saya terasa sakit. Selasa pagi itu dada sebelah kiri saya terasa diremas dari dalam. 

Tentu sakit itu dan membuat saya khawatir, sehingga saya merasa perlu pergi ke UGD. Padahal kira-kira beberapa bulan lalu saya sudah pernah ke UGD karena rasa sakit di dada yang seperti ini. Seperti di waktu yang lalu, Selasa pagi itu dokter menyatakan jantung saya tak apa-apa. Itu hanya rasa sakit yang berasal dari lambung yang sedang sakit, namun menyerupai sakit di jantung.

Mengapa saya sakit lambung?

Pertanyaan ini terus mengganggu saya sejak awal tahun 2018 lalu, sejak pertama kali saya mengalami gangguan lambung. Padahal beberapa tahun terakhir ini kesehatan saya justru bertambah baik sejak 2014 lalu. Saya sekarang berumur 56 tahun dan sejak 2014 itu saya mempelajari neuroscience atau positivity yang memang disebut sebagai sains baru yang berguna bagi mereka yang ingin memperbaiki kesehatan.

Lalu mengapa sejak awal 2018 saya mengalami gangguan lambung? Padahal sejak 2014 hampir semua gangguan kesehatan saya menghilang?

Sudah lebih dari 2 dekade terakhir neuroscience atau positivity dikembangkan sehingga berguna untuk kehidupan kita sehari-hari. Saya lebih suka menyebut sains ini dengan positivity saja. Sains ini meneliti dan kemudian menggambarkan pada kita tentang bagaimana otak bekerja dan pengaruhnya pada tubuh dan pengaruhnya pada kecenderungan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun