Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kesalahan Fatal Ormas Islam dalam Memasuki Era Globalisasi

9 Januari 2017   08:34 Diperbarui: 9 Januari 2017   18:40 2527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kesalahan fatal yang dilakukan ormas-ormas Islam  dan tokoh-tokoh Islam radikal adalah menjadikan segala yang bersifat non Islam sebagai musuh, sebagai sesuatu yang harus dibenci.  Ormas-ormas Islam radikal membenci Ahok karena dia bukan muslim, tetapi  WNI Keturunan Cina beragama Kristen Protestan. Ahok juga dibenci karena dipandang sebagai bagian dari konspirasi Cina untuk menguasai perekonomian Indonesia.

Pemuda Muhammadiyah memboikot Sari Roti karena  dimiliki oleh non muslim yang berani-beraninya membuat press release bahwa Sari roti yang  dbagikan  pada demo 411 tidak gratis. Habib Rizieq tidak mensyukuri Kesebelasan Garuda yang masuk final AFF, karena pemainnya banyak yang non muslim.  Kader PKS yang mengkritik pecahan uang rupiah baru karena bergambar pahlawan-pahlawan non muslim dengan menyebut mereka sebagai pahlawan kafir.

Lalu ormas Islam terkejut dan marah karena pasar ritel sudah dikuasai oleh Alfamart  dan Indomaret yang dimiliki oleh pengusaha konglomerat keturunan Cina, melalui gerai-gerai outlet yang tersebar  di seluruh pojok jalan besar, sehingga mematikan toko-toko kelontong milik pribumi.  Lebih jauh lagi, ormas-ormas Islam radikal tidak menyukai Presiden Jokowi karena dituduh terlalu liberal, sehingga sebagian besar sumberdaya alam yang kita miliki sudah tergadai kepada pihak asing. Pastilah pihak asing itu non muslim.  Lalu muncul berita hoax bahwa 2 juta tenaga kerja asal Cina sudah masuk ke Indonesia, yang  menyebabkan tenaga kerja Indonesia tergusur. Demikianlah, setiap hari akan ada berita-berita dan opini semacam itu, yang disebar luaskan melalui media-media sosial.

Sebenarnya kita selaku umat Islam tidak perlu memusuhi dan membenci pihak-pihak non Islam itu. Masalah ketertinggalan umat Islam di Indonesia dan juga umat Islam sedunia adalah karena kesalahan dan kelengahan umat Islam sendiri. Yang berlaku adalah hukum alam sebagai sunnatullah,  siapa cepat akan mendapat, siapa yang bekerja keras dan kreatif akan berhasil, dan siapa lemah akan ditaklukkan.

Perlu pula kita ingat bahwa pada masa mudanya sebelum diangkat Tuhan menjadi rasul, Nabi Muhammad adalah seorang pedagang. Ia memimpin kabilah dagang antar negara. Beliau menjalin kemitraan dengan pedagang-pedagang beragama Nasrani dan Yahudi di Damaskus, Syria. Beliau menjadi mitra dagang yang dipercaya dan berbisnis secara saling menguntungkan. Sejak mudanya Nabi Muhammad SAW sudah bermitra dengan berbagai bangsa dan pemeluk agama yang berbeda-beda. Jadi Nabi Muhammad sudah memberikan teladan,  uswatun hasanahnya  bagi umat dalam hidup bermuamalah dengan bangsa-bangsa lain.

Dalam buku “Sejarah Dunia Versi Islam” yang ditulis oleh Tamim Ansary,  Turki Ustmani sebagai kerajaan Islam terakhir dan  terbesar, pada abad ke 15 sebenarnya sudah menguasai teknologi mesin uap. Akan tetapi aplikasi mesin uap itu terbatas, hanya berupa untuk memutar batangan besi guna memasak sate  kambing agar masak dengan merata dan sempurna.  Para sultan tidak merasa perlu mengembangkan aplikasi teknologi mesin uap itu untuk keperluan lain, karena semua kebutuhan mereka sudah tercukupi dari hasil kerja tangan rakyat mereka. Mereka tidak membutuhkan produksi yang bersifat massal karena semua barang konsumsi sudah tersedia.

Bangsa Eropa baru memiliki teknologi mesin uap 200 tahun kemudian.  Setelah mendapatkannya, mereka mengembangkan aplikasinya untuk  memprodusi berbagai jenis produk secara massal. Secara bersamaan bangsa-bangsa barat itu juga menciptakan temuan-temuan baru di bidang teknologi  yang secara akumulatif melahirkan revolusi  industri. Mereka menemukan teknologi listrik dan pembangkitnya yang berlanjut dengan memproduksi mobil, kereta api, pesawat terbang, teknologi navigasi dan tidak lupa persenjataan yang semakin canggih. Hal itu terus berlanjut sampai hari ini.

Berbagai temuan teknologis tersebut, menjadikan bangsa-bangsa Eropa tinggal landas. Mereka merangsek ke depan menjadi Negara-negara maju, dan pada akhirnya menguasai dunia. Lalu mereka menjajah negara-negara yang lemah, yang rakyatnya mudah diadu-domba untuk mendapatkan bahan baku murah bagi industri mereka yang sedang tumbuh. Maka jadilah Negara-negara di Asia dan Afrika menjadi jajahan Barat selama ratusan tahun, yang sebagian besarnya adalah Negara-negara dengan penduduk beragama Islam.

Jadi, seandainya para sultan di kerajaan Turki Ustmani pada tahun 1500-an  cukup jeli untuk mengembangkan aplikasi dari mesin uap yang  sudah mereka miliki 200 tahun sebelum dimiliki bangsa-bangsa Eropa, dan meneruskan temuan-temuan baru di bidang teknologi, maka kiblat kemajuan teknologi dan industri  bukannya di Eropa dan Amerika. Kiblat kemajuan adalah di di dunia Islam, di Turki dan Negara-negara Islam di Timur Tengah. Jadi kita tidak bisa menyalahkan Barat yang non Islam, karena mereka lebih kreatif, dan lebih jeli melihat peluang yang terbuka.

Ormas Islam radikal  seharusnya menyadari pula bahwa kita sudah berada di era globalisasi. Batas-batas antar Negara sudah tidak efektif lagi. Kemajuan teknologi informasi telah menghapus batas-batas Negara.  Kita sudah memasuk era pergaulan dengan berbagai bangsa di dunia. Kita harus berbisnis dengan banyak Negara yang sebagian besar non Islam, agar tidak terkucil dalam perekonomian dunia. Yang penting adalah kita tidak dirugikan dalam kerjasama ekonomi itu. Bukankah Nabi membolehkan umatnya untuk menjalin kerjasama bisnis dengan non muslim, baik Yahudi, Nasrani maupun pemeluk agama lain.

Kita juga harus menyadari bahwa Negara kita masih tergolong Negara berkembang. Untuk membangun infrastruktur ekonomi dan sebagainya, membutuhkan dana yang sangat besar. Indonesia masih tertinggal dalam teknologi dan tidak memiliki cadangan dana yang cukup besar. Tapi Indonesia memiliki sumberdaya alam  yang melimpah, yang belum dimanfaatkkan dengan baik untuk memberikan kesejahteraan yang sebesarnya bagi kemakmuran rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun