Pada dasarnya, filsafat dakwah merupakan upaya untuk menemukan cara paling efektif dalam menyampaikan ajaran islam. Ilmu pengetahuan diyakini berkembang dari pemikiran filosofis, sementara filsafat dianggap sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Melalui filsafat dakwah, dakwah dipandang sebagai proses ilmiah yang memiliki banyak landasan rasional yang mendalam, selain sebagai kegiatan penyebaran pesan-pesan agama. Menurut catatan sejarah, dakwah berkembang sebagai respon terhadap kondisi sosial, politik, budaya, dan teknologi pada setiap periode waktu. Dakwah dilakukan dengan strategi yang sederhana untuk mengumpulkan orang-orang sejak awal islam.
Pendekatan dakwah kemudian disesuaikan dengan budaya lokal pada masa Wali Songo, misalnya melalui pendidikan, seni, dan budaya, untuk memudahkan penerimaan masyarakat. Saat ini, dakwah dikembangkan melalui media baru seperti internet dan televisi, terutama selama pandemi covid-19, yang mendorong inovasi dalam dakwah berbasis digital. Perjalanan filosofis dakwah ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang dakwah tidak boleh berhenti pada penyebaran ajaran semata. melainkan harus mempertimbangkan aspek-aspek filosofis seperti ontologi (sifat dakwah), epistimologi (cara memperoleh pengetahuan dakwah), dan aksiologi (pentingnya dan keunggulan dakwah). Dengan landasan filosofis, dakwah dapat disampaikan secara bijaksana, logis, emosional, dan dengan cara yang menjawab isu-isu kontemporer.
Terakhir, filsafat dakwah menawarkan saran teoretis dan praktis. Dakwah filosofis memiliki kekuatanuntuk menciptakan masyarakat yang taat, bijaksana, dan mulia. Dengan cara ini,filsafat dakwah menjadi komponen krusial dalam kemajuan ilmu pengetahuan, memperkuat praktik dakwah agar tetap relevan sepanjang waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI