Mohon tunggu...
Lyfe

Membangun Identitas Diri dari Instagram

27 Desember 2017   11:54 Diperbarui: 27 Desember 2017   12:10 3483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Pendahulu

  1. Latar Belakang

Media sosial online sudah menjadi hal yang biasa pada masa kini, karena dinilai lebih memudahkan pengguna untuk berkomunikasi dan mendapat informasi tanpa batas ruang dan waktu. Berbagai media sosial hadir dengan keunikan yang ditawarkan, salah satunya adalah Instagram sebagai media sosial yang populer di masyarakat.

Instagram adalah media sosial yang memfokuskan untuk berbagi pengalaman dan mengekspresikan diri dengan cara yang berbeda, yaitu bebas berbagi cerita, pengalaman, dan perasaan pengguna Instagram melalui foto, gambar, video, motion, dan caption dibawahnya sebagai penjelas keterangan foto yang diunggah. Followersakun Instagram juga dapat mengomentari, menyukai serta membagikan foto yang terunggah di Instagram. Namun, Instagram tidak hanya menjadi media yang menampilkan kemampuan diri penggunanya, tetapi juga menggambarkan kehidupan penggunanya.

Pada kenyataannya setiap individu tetap melakukan konstruksi atas diri mereka dengan cara menampilkan diri di media sosial, sehingga identitas yang muncul di ruang siber (Cyber Space) adalah penggambaran apa yang sebenarnya menjadi keinginan memenuhi kebutuhan pengakuan sosial. Untuk itu pengguna akun memposting foto yang dapat menggambarkan image diri yang ia inginkan di akun instagramnya secara terus menerus, upaya untuk mempersiapkan apa yang ia tampilkan di akunnya melalui feedInstagram.

Pada Web Kumparan menurut Sri Widowati yaitu bagi orang Indonesia pengguna Instagram, berbagi momen penting merupakan bagian dari budaya sehingga tak heran Indonesia menjadi salah satu penghasil konten Instagram Story dua kali lebih banyak dari rata-rata secara global (Widowati, 2017.  https://kumparan.com/@kum-parantech/instagram-punya-45-juta-pengguna-aktif-di-indonesia#9fZ2mFaMQX5tmkJT-.99. Diakses tanggal 21 Desember 2017) . Hal yang menarik untuk dikaji dari budaya siber (Cyber Culture) tersebut adalah  aktivitas mengunggah segala kegiatan yang memperlihatkan keunggulan dan kelebihan diri dari pengguna akun Instagram. Namun kegiatan tersebut tak semuanya mendukung, persepsi individu yang lain terhadap kegiatan tersebut adalah hal yang berlebihan, karena memperlihatkan kelebihan atau keunggulan yang terlalu sering dan tak sedikit netizen mengatakan bahwa tindakan tersebut tergolong pamer.

B. Pembahasan

  1. Masalah

Budaya memposting sesuatu di media sosial menjadi budaya baru yang dilakukan oleh masyarakat indonesia, salah satu yang menjadi tren adalah memposting gambar/video di instagram. Banyaknya kegiatan yang di share oleh masyarakat di Indonesia ke media sosial dikarenakan mudahnya akses internet yang di dapat dan hampir semua masyarakat di kota besar memiliki smartphone.

Kemajuan teknologi dalam smartphone membuat kemampuan handphone untuk memfoto dan memproses photo secara bagus membuat masyarakat semakin tertarik untuk memposting kegiatannya. Munculnya instagram membuat masyarakat mulai mempelajari teknik fotografi untuk mendapatkan hasil foto yang baik.

Selain untuk memamerkan kegiatan yang dilakukan, instagram juga menjadi tempat untuk memamerkan karya. Kata "pamer" tidak melulu berkonotasi negatif, contohnya memamerkan karya dan kegitan dapat menimbulkan efek memotivasi orang yang melihatnya untuk lebih baik dan menjadikan sebagai referensi untuk berkarya. Semakin sering seseorang memamerkan karyanya dan kegiatannya itu dapat menjadikan kontruksi diri untuk dikenal orang lain siapakah dirinya.

Seseorang yang sering memposting tentang interior desain dapat dikenal oleh followersnya sebagai seorang ahli desain interior walaupun latar belakang yang di tekuni dunia nyata bisa sebaliknya. Seseorang yang memposting makanan setiap hari dapat dikenal oleh followersnya sebagai orang yang mengerti tentang makanan. Hal ini banyak memunculkan artis artis instagram dalam bidang-bidang tertentu seperti beautygram, foodgram, arcigram dll.

Pamer dalam hal ini tentunya berefek positif bagi berkembangnya kemampuan masyarakat memanfaatkan kemampuannya. Dengan budaya pamer ini menimbulkan persaingan eksistensi di dunia maya untuk saling merebut perhatian para pengguna media sosial. Salah satu efek positif dengan adanya persaingan ini para pengguna media sosial semakin sadar akan dasar-dasar fotografi untuk mendapatkan foto terbaik untuk di share di media sosial.

Tentu budaya pamer ini harus di arahklan kearah positif untuk terus mengembangkan kemampuan masyarakat indonesia. Pamer sesuai tempat dan mengetahui batasan mana yang harus di share atau yang tidak tentu dapat menaikan fungsi media sosial itu sendiri.   

      2.  Analisis

Pada masa ini kita tidak bisa lepas dari yang namanya Internet. Bangun tidur hingga kita beranjak untuk tidur kita selalu berjalan bersama Internet. Internet menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa lepas dalam kehidupan saat ini. Internet mempermudah mencari Informasi, bersosial, bejualan dan menjadi tempat hiburan bagi pemakainya. Semua pengguna internet atau yang bisa disebut sebagai Netizen mulai menghubungkan kegiatan ber-medsos sebagai kegiatan pribadi yang sangat intim, jika kita merasakannya. Banyaknya platform-platform yang muncul dengan fitur dan konten yang beragam sangat mendukung untuk memindahkan kegiatan yang dilakukan di dunia nyata ke internet.

Platform-platform tersebut sudah berfokus kepada kontent dan fitur tertentu untuk disajikan. Seperti halnya Youtube yangg digunakan untuk share/mengunggah video atau sekedar menontonnya saja. Berbeda dengan Youtube, instagram adalah sebuah aplikasi untuk mengunggah video dan foto. Instagram adalah aplikasi yang berbasis pada smartphone yang memungkinkan penggunanya untuk langsung mengambil foto dan video sehingga penggunanya bisa langsung mengedit dan membagikannya ke jejaring sosial. Selain itu instagram memiliki fitur untuk mengirim pesan dan yang terbaru kini adalah storygram, yaitu memposting kegiatan atau sekiranya yang tidak terlalu penting karena postingan ini dibatasi hanya 24jam untuk penayangannya.

Bukan hal yang asing lagi saat ini ketika semua orang dari berbagai kalangan memiliki akun instagram. Bahkan sekarang kita sering menemui dua akun atau lebih dengan user yang sama. Instagram saat ini sudah menjadi aplikasi yang wajib diisi para pengguna telfon pintar, hal ini menjadikan instagram sebagai budaya populer. Instagram kini menjadi ruang pamer, dimana ruang pamer itu berarti tempat atau ruang untuk memamerkan sesuatu dan ada yang berkunjung untuk melihatnya. Bisa disebut instagram sebagai mini gallery milik pribadi yang bebas kita isi dengan kontent yang kita suka. Penonton dari ruang pamer tersebut adalah kita sebagai user yang mengikuti/following. Disana juga terdapat eksistensi dan popularitas seberapa banyak follower yang masuk kedalam akun instagram anda.

Kegiatan dan aktifitas penggunaan Instagram bisa meliputi aktifitas pribadi, publikasi dan komersil. Kita yang menggunakan Instagram secara personal selalu ingin memposting hal yang menurut kita baik untuk di posting. Follower selalu menjadi parameter untuk mengukur atensi pengguna lain ke akun piribadi milik kita. Istilah-istilah atau bahasa pengguna Instagram muncul dengan sebutan Selebgram. Sebutan Selebgram berarti orang yang menggunakan instagram sebagai akun personal yang memiliki jumlah follower yang banyak yang menjadikan dia populer di medsos. Pengikut dari selebgram ini tertarik dengan konten yang diberikan selebgram seperti foto lifestyle,aktifitas dan background orang tersebut.

 Interaksi di dalam follower dan following ini yang di manfaatkan beberapa orang menggunakannya menjadi media publikasi baik itu non-komersil maupun komersil. Ada penawaran lebih ketika akun instagram milikmu memiliki jumlah follower yang banyak dan beberapa orang memanfaatkan itu sebagai media promosi produk atau jasa. Ada hal yang baru yang di tawarkan Instagram bahwa publik figur tidak harus muncul melalui Televisi dan media cetak. Ini yang dimanfaatkan Selebgram untuk menjadikan akun pribadi miliknya untuk paid promote dan endorsemen barang atau jasa.

Instagram memberikan pengaruh yang besar pada gaya hidup, fashion, musik dll. Istilah kekinian yang disematkan menjadi acuan dalam perubahan sikap penggunanya. Seperti berfoto di tempat-tempat yang menjadi trending topic dan terkesan mahal. Namun jika kita melihat dari prespektif sebuah Brand, itu adalah brand yang berhasil di masyarakat. Lihat saja  banyak orang bangga dengan memakai atau memamerkannya di media sosial, dilain sisi bisa menambah kepercayan diri orang tersebut.

       3. Solusi

Kegunaan utama Instagram adalah memang sebagai tempat untuk memamerkan dan berbagi foto kepada pengguna lainnya. Foto yang hendak ingin diunggah dapat diperoleh melalui kamera iDevice ataupun foto-foto yang ada di album foto di iDevice tersebut. Setelah foto tersebut disunting maka foto akan dibawa ke halaman selanjutnya dimana foto tersebut akan diunggah ke dalam Instagram sendiri ataupun ke jejaring sosial lainnya. Yang di dalamnya tidak hanya ada pilihan untuk mengunggah pada jejaring sosial atau tidak, tetapi juga untuk memasukkan judul foto, dan menambahkan lokasi foto tersebut.

Penggunaan sosial media Instagram sebenarnya tergantung bagaimana individu-individu itu sendiri dalam memanfaatkannya dalam kehidupan mereka. Sebab pada zaman modern ini penggunaan ponsel dan internet sudah tidak lagi menjadi suatu hal yang sulit untuk ditemukan, jika dulu penggunaan gadget hanya ada di lapisan masyarakat kalangan atas, sekarang ini hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia sudah tersentuh oleh perkembangan teknologi ini.

Kalau persoalannya adalah media sosial sebagai alat narsis atau hanya untuk pamer saja, hampir setiap orang, baik sadar maupun tak sadar berulang kali mempraktikkannya. Justru dengan sejumlah keistimewaan yang telah disediakan oleh aplikasi seperti Instagram itulah, setiap pengguna bisa memanfaatkannya untuk tujuan tertentu.

Pengguna sosial media Instagram saat ini juga beragam dan memiliki kepentingan yang berbeda pula. Setiap orang yang gemar menggunakan Instagram untuk berbagai keperluan dan gaya hidup memiliki beberapa akun diberbagai situs jejaring sosial Instagram. Salah satu contoh, seperti yang sudah tertulis di atas, sebagian orang menggunakan sosial media untuk kepentingan bisnis, dengan cara mempromosikan dan berjualan hingga bertransaksi di sosial media. Sebagian orang lagi menggunakannya untuk kepentingan pribadi, berbagi informasi, baik foto, video, artikel dan lokasi dimana orang tersebut bisa diketahui keberadaannya.

Sebagai pengguna media sosial Instagram yang sering memposting foto, pastinya akan selalu ada individu yang tidak menyukai apa-apa yang kita posting di dalamnya. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga mereka menunjukkan sifat dan gaya yang berlainan. Tak jarang juga mereka menyebut bahwa instagram kita hanya untuk ajang pamer saja.

Fitur hastag yang ada pada Instagram juga sangat efektif untuk memperluas foto yang kita pamerkan sehingga memang sangat membantu kita agar foto kita lebih banyak di lihat orang lain. Akan tetapi tidak ada yang salah selama apa yang kita unggah ke Instagram itu tidak merugikan orang lain ataupun menyebar hoax. 

        4. Teori Pendukung

              a. Budaya Cyber

Budaya pada dasarnnya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses interaksi antar-individu; dalam konteks ini adalah pengalaman indvidu dan/ atau antar-individu dalam menggunakan serta terkait dengan media. Nilai-nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut. Bahkan terkadang suatu nilai ini berlangsung di dalam bawah sadar individu dan diwariskan pada generasi berikutnya, atau sebagaimana disebut Malinowski bahwa budaya merupakan "warisan sosial" (dalam Jenks, 2013:57).

Merujuk arti budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013:169), lema budaya bisa diartikan sebagai:

  1. Pikiran, akal budi;
  2. adat istiadat;
  3. sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju); dan
  4. sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar dirubah.   
  5. Beragam definisi budaya tersebut setidaknya memberikan arah bagaimana mengartikan kata budaya itu sendiri. Sehingga bisa diartikan budaya sebagai suatu nilai atau praktik sosial yang berlaku dan dipertukarkan dalam hubungan antar manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.

Dalam pandangan Raymond Williams (dalam Sutrisno dan Putranto (eds.). 2005:8) melihat istilah budaya, sebagai:

  1. Mengacu pada perkembangan intelektual, spiritual dan estetis dari seorang individu, suatu kelompok, atau masyarakat.
  2. Mencoba memetakan khazanah kegiatan intelektual dan artistik sekaligus produk yang dihasilkan.
  3. Menggambarkan keseluruhan cara hidup, berkegiatan, keyakinan, dan adat istiadat sejumlah orang, kelompok atau masyarakat.
  4. Budaya merupakan nilai-nilai yang muncul akibat interaksi antarmanusia di suatu wilayah atau negara tertentu  yang menjdi acuan dasar bahkan bisa menjadi rel bagi proses komunikasi antarmanusia di dalamnya, karena muncul di berbagai wilayah tertentu, sehingga budaya menjadi memiliki keragaman, perbedaan, hingga keunikan yang membedakan antara satu wilayah dan wilayah lainya.

Perbedaan inilah yang memunculkan dua sisi bertolak belakang. Sisi positif, perbedaan budaya memberikan khazanah tersendiri bagi kelompok masyarakat itu; bahwa mereka memiliki ciri khusus yang bisa membedakan dengan kelompok lain. Juga, akan memunculkan ikatan yang sangat kuat di antara anggota kelompok masyarakat yang tidak hanya terjadi di wilayah tempat dimana meraka berada, tetapi di berbagai wilayah.

Adapun sisi negatifnya, perbedaan bisa menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi dan dalam tataran tertentu perbedaan persepsi ini bisa menimbulkan konflik antar individu atau kelompok dalam berkomunikasi. Di sinilah pentingnya pemahaman bahwa komunikasi memberikan pengaruh terhadap budaya dan juga interaksi, baik selaku individu maupun kelompok.

Melalui medium internet, pembentukan budaya siber berlangsung secara global dan universal. Budaya siber dipandang sebagai objek sekaligus subjek dalam kajian antropologi, sosiologi, maupun dalam kajian media dan cultural studies (Nasrullah, 2014: 142).

                  b. Representasi identitas di Media cyber

Bagi Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life (1959/1990), bahwa setiap individu pada kenyataanya melakukan konstruksi atas diri mereka dengan cara menampilkan diri (self performace). Namun penampilan diri ini pada dasarnya dibentuk atau untuk memenuhi kegiatan audiensi atau lingkungan sosial, bukan berasal dari diri dan bukan pula diciptakan oleh individu itu sendiri. Sehingga identitas yang muncul yakni penggambaran apa yang sebenarnya menjadi keinginan dan guna memenuhi kebutuhan pengakuan sosial; meski dalam banyak hal ekspektasi yang datang dari lingkungan sosial atau "estabilished social role" sering kali berlawanan dengan kehendak pribadi.

Dalam konteks budaya siber, tesis Goffman dikembangkan oleh Andrew Wood dan Matthew Smith (2005: 52-57) yang juga membahas bagaimana identitas itu berlaku di internet. Wood dan Smith menyatakan bahwa identitas merupakan konstruksi komplek bagi diri, dan secara sosial terkait dengan bagaimana kita beranggapan terhadap diri kita sendiri dan bagaimana pula kita mengharapkan pandangan atau stigma orang lain terhadap kita dan bagaimana orang lain itu mempresepsikanya. Bahkan penggambaran diri atau self-performance merupakan upaya individu atau mengkonstruk dirinya-dalam konteks online melalui foto atau tulisan-sehingga lingkungan sosial mau menerima keberadaan dan memiliki persepsi yang sama dengan individu ini.

Pada internet pada dasarnya komunikasi dan atau interaksi yang terjadi memakai medium teks, secara lansung hal ini akan mempengaruhi bagaimana seseorang mengkomunikasikan identitas dirinya di kehidupan virtual (virtual life) dan setiap teks menjadi semacam perwakilan dari setiap ikon diri dalam penampilan diri.

Terkait dengan identitas, wood dan Smith menyodorkan tiga tipe identitas dalam berinteraksi di internet, yakni real-life identity, psuedonymity, dan anonymity (2004:63-67). Pada pseudonymity, identitas asli mulai kabur dan bahkan menjadi palsu, meski dalam beberapa hal ada representasi yang bisa menunjukan identitas asli seseorang. Terakhir, anonymity atau anonim merupakan bentuk baru identitas yang benar-benar terpisah dan tidak bisa dirujuk kepada siapa identitas itu dimiliki.

                   c. Personal branding

Personal brand adalah sebuah kemasan dan ciri khas yang melekat pada pribadi seseorang. Biasanya dikaitkan dengan expertise atau keahlian tertentu yang identik, pofesi, passion, atau bahkan kepribadian / personalitas seseorang tersebut. Lalu bagaimana proses seorang bisa berhasil membrandingkan dirinya? tentu ini butuh proses yang panjang sampai suatu potensi atau keahlian melekat pada dirinya. Bisa juga jika dia seorang artis, dia perlu brand manajemen yang mampu mendongkrak citra dirinya. Fungsi manajemen tersebut sama dengan brand manajemen atau brand builder yang terus bertugas menemukan potensi khasnya, mengelola, meng up grade dan memasarkannya. Personal branding manajemen biasanya identik dengan penggalian potensi yang berhubungan dengan talenta kreatif seseorang. Bisa juga terkait dengan pengembangan SDM dalam suatu perusahaan.

Personal Branding yang berkait dengan kemampuan dan ciri khas seseorang, berjalan dengan natural dan sesuai dengan jam terbang keahlian yang dilakoninya. Sebutan personal brand tersebut akan secara alami disematkan oleh publik. Justru masyarakat, komunitas atau kelompok tertentu yang yang mengenalnya lah yang kemudian akan memberikan labelnya. Misalnya kita mempunyai rekanan yang hobi nya adalah mengelink kan atau menghubungkan dengan orang-orang lainnya, maka personal brandnya biasa kita sebut sebagai 'connecting people'.

Ada pula seorang caleg pejabat yang memiliki gaya khas dalam berpakain kotak-kotak, itulah salah satu media personal branding. Dapat juga kita temukan seseorang yang begitu expert dan erat dengan profesi yang disandang sebagai personal brandingnya. Contohnya bisa sebagai brand manager, brand desainer, fashion desainer, technopreneur, counselor, trainer, consultant, dan lain sebagainya. Personal Brand yang seperti apa yang ingin anda sandang di masa depan. Mulailah dari sekarang, dari expertise yang anda miliki. Beberapa point yang sangat berperan dalam personal branding adalah:

  1. Differensiasi, apa pembeda diri Anda dari yang lainnya.
  2. Keuanggulan, apa keunggulan diri Anda dibanding yang lainnya.
  3. Positioning, membentuk image diri sebagai seseorang yang memiliki keunggulan yang tidak biasa, yang berciri khas pada diri Anda


5. Referensi

Instagram pada dasarnya memang marupakan sarana memperunjukan sesuatu, maka dari itu kemunculan efek dibalik sarana ini memunculkan banyak hal dan kultur baru. Salah satu dalam sebuah artikel yang dikeluarkan oleh Kumparan mengatakan bahwa Psikolog klinis Lisa Orban mengatakan bahwa sejatinya, kita semua memang tak bisa menghindar dari dorongan pamer dalam diri kita sendiri, ada banyak alasan mengapa banyak orang memilih mengunggah foto hadiah atau barang yang telah mereka beli atau mereka terima dari temannya. Media sosial merupakan medium yang diciptakan untuk membantu orang terhubung satu sama lain, dan banyak orang menggunakannya untuk berbagi, yang juga jadi alasan menggapa mereka mengunggah semua barang baru yang dimiliki, mulai dari tas hingga mobil baru mereka sendiri.

Artikel tersebut juga mengatakan bahwa dorongan menunjukan apa yang orang punya dapat terdapat sisi positif seperti postingan tentang barang yang telah diberikan oleh temannya, sebagai tanda terimakasih maka orang yang mendapat hadiah memposting barang yang diterimanya dan menandai pemberi hadiah, yang mana akan membawa respek yang tinggi dan rasa terimakasih kembali untuk pemberi hadiah itu sendiri.

Salah satu Blog bernama Yotpo mengunggah satu artikel yang menceritakan beberapa kelebihan dari Instagram sendiri yaitu beberapa diantaranya adalah :

Instagram merupakan penghubung dengan beberapa jaringan saluran yang sangat luas ketika seseorang meletakan profil Instagram dalam situs mereka dan seseorang akan langsung dapat menemukan galeri yang langsung dipenuhi identitas dan bahkan produk yang dijual.

Materi pemasaran yang ada dapat dikembangkan dan mendorong penjualan dengan pemasaran visual yang ditawarkan, konten yang dibuat dengan kreativitas yang tinggi akan terjamin dapat dilihat oleh banyak orang.

Dapat menarik lalu lintas yang terlibat, melibatkan banyak komunitas dan membangun kembali seperti tersambung pada Youtube, Facebook dan lainnya, foto foto yang saling terkait akan membangun jaringannya yang lebih luas.

Fitur Hashtag dapat secara otomatis membantu produk kita dipasarkan oleh pengguna lain, dimana Repost akan menjadi kebanggaan tersendiri orang-orang dan menjadi keuntungan bagi penjual.

Pemilihan ide dan sasaran yang tepat akan membawa pada peningkatan yang baik dalam sebuah bisnis.

Dapat dipastikan bahwa artikel tersebut mengatakan bahwa budaya pamer Instagram ini dapat menaikan persentase bisnis masyarakat jika digunakan dengan efektif dan sangat baik. Disinilah bagaimana kemudian Instagram sendiri sebagaimana fenomena yang sudah muncul sedikit lebih baru dapat membawa sisi positif yang lebih banyak.

Promosi tentang kesehatan juga pernah dijadikan salah satu artikel yang ditulis oleh Business Insider yaitu tentang penelitian utama dari Universitas Birmingham. Tim peneliti telah mempelajari efek paparan terhadap pesan berbasis sosial sehubungan dengan makanan sehat. Penelitian tersebut menemukan bahwa pesan untuk menyukai norma sosial pada akhirnya memiliki efek kuat pada pilihan makanan yang dibuat kebanyakan orang. Ini terjadi setelah subjek diminta menilai beberapa poster.

Satu set (kelompok eksperimen) diperlihatkan sebuah poster yang menampilkan hasil survei yang dibuat yang menyarankan orang biasa menikmati makan buah dan sayuran setiap hari. Kelompok kedua diperlihatkan serangkaian item informasi yang tidak terkait (kelompok kontrol.) Setelah itu, subjek kemudian diminta untuk mengambil bagian dalam penelitian kedua. Untuk ini mereka diminta untuk menilai emosi dan mencicipi beberapa camilan sehat (timun dan anggur) dan makanan ringan berkalori tinggi (biskuit dan keripik).

Di sini, dengan kelompok kontrol, para peserta yang mengira bahwa rekan mereka lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran daripada mengkonsumsi lebih banyak makanan kalori tinggi saat studi berlangsung membuat peserta yang biasanya makan banyak makanan kalori tinggi mulai mengurangi kebiasaannya tersebut. Para periset berpikir bahwa penelitian ini mengarah pada cara baru untuk membantu mempromosikan makanan yang lebih sehat melalui penggunaan media sosial untuk mengirimkan pesan penguatan perilaku. Penelitian ini belum dipublikasikan di jurnal setempat dan penelitian ini adalah sebuah karya yang sedang berjalan. Temuan sampai saat ini baru dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Masyarakat untuk Studi Perilaku di Universitas tersebut.

Kesimpulan dari referensi artikel diatas mengatakan bahwa promosi makanan sehat ini juga dapat dilangsungkan dengan budaya pamer yang menjadi kultur masyarakat di Instagram sendiri, bahkan apabila bias memanfaatkan orang yang dianggap penting dan bagus secara visual dengan pengikut yang sangat banyak akan dapat membawa dampak positif yang sangat besar, masyarakat tidak akan ragu dan tidak akan sanggup menghindari makanan sehat karena rasanya yang kadang kurang menyenangkan. Siber Kultur mempunyai banyak sisi terang yang terlihat dan harus dicapai didalamnya.

B. Penutup

  1. Kesimpulan

Pada akhirnya semua kembali pada diri masing- masing dalam memandang media social saat ini. Namun tak melulu kegiatan mempamerkan apa yang dilakukan, yang sudah menjadi trend dalam media social dipandang negative. Sudah banyak masyarakat maju menggunakan kemudahan dalam bersosial secara online menjadi media berbisnis atau bahkan promosi. Semakin berkembangnya zaman, semakin praktis orang dalam berpikir. Disediakannya sebuah media dalam bersosial, memudahkan masyarakat dalam melakukan pekerjaannya. Seperti promosi, tanpa perlu membayar mahal beriklan di tv, sekarang biaya promosi bisa dipangkas melalui media online seperti instagram dan facebook.

Dan kemudian memudahakan juga bagi beberapa individu dalam dunia kreatif dalam menunjukan karya atau portofolio mereka. Media social tidak hanya digunakan oleh akun akun pribadi, banyak pula organisasi atau perusahaan yang menggunakan instagram untuk menunjukan eksistensi keberadaan mereka. Media social juga sangat membantu dalam menyebarkan informasi. Secara praktis dan cepat semua dapat tersebar dan diketahui banyak orang. Sebagai contoh penyebaran poster sebuah acara musik di suatu tempat. Tanpa perlu mem-budget banyak biaya percetakan poster karena adanya social media, dan hal ini sangat membantu untuk mengalokasikan dana ke hal yang lebih penting.

2. Saran

Masyarakat perlu memahami akan penting adanya sebuah social media sebagai sesuatu yang sangat memudahkan dan membantu untuk di zaman yang serba praktis saat ini. Masih adanya penyebaran berita- berita hoax, cukup dibiarkan saja tanpa perlu digubris. Semakin banyak orang yang menggunakan social media untuk berbisnis, atau hal- hal yang positif semakin banyak pula pola pikir masyarakat yang berubah dan menggunakannya sebagai sesuatu yang amat sangat berguna. Dibantu dengan adanya beberapa forum atau artikel- artikel yang berbicara untuk tidak mudah percaya akan penyebaran berita yang belum ada buktinya, akan membuat masyarakat semakin lama semakin sadar akan pentingnya media social untuk saat ini. Tanpa perlu mengadakan sebuah edukasi atau apapun itu, masyarakat lama- kelamaan akan berkembang pada hal yang lebih maju. Melihat berbagai referensi dan sebuah panutan yang amat sangat mudah didapat melalui internet. Mungkin dengan bantuan dari para selebgram yang menekankan pada followersnya untuk tidak mudah percaya pada berita hoax.

Daftar Pustaka

Goffman, Evering. 1959/1990. The Presentaation of Self in Everyday Life. Harmondsworth: Penguin.

Jenks, Chris. 2013. Culture, Studi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber. Jakarta: Kencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun