Di internet, tulisan adalah konten yang paling rentan terhadap kejahatan intelektual. Musik, film masih bisa diketahui siapa penyanyinya, siapa pembuatnya. Namun tulisan, tanpa adanya kesadaran untuk memberi kredit kepada penciptanya maka jejak penciptanya akan terhapus hingga akhirnya terlupakan begitu saja. Lebih-lebih jika tulisan dibawa keluar dari dunia maya.
Maka pertanyaan yang sama saya lontarkan kembali kepada para guru (yang digugu dan ditiru), para pendidik:
Sudahkah bapak / ibu guru memeriksa keaslian tulisan anak didiknya?
Ataukah akan kita biarkan saja mental plagiat bangsa ini terus lestari?
Â
Keterangan gambar:
Dari dua kasus plagiarisme terhadap tulisan saya yang pelakunya dari institusi pendidikan, satu di antaranya berakhir damai setelah saya ajukan protes ke sekolah yang bersangkutan. Sementara satu lagi, setelah saya ajukan protes melalui surel (yang alamatnya tidak jelas), mencoba menghubungi telepon sekolah yang tidak pernah tersambung, mengirim pesan ke akun facebook guru pengunggah tulisan plagiat, dan setelah semua iktikad baik saya tersebut, sampai saat ini saya tidak mendapat tanggapan sama sekali. Karena itu saya tidak akan menutupi identitas sekolah tersebut (saya berkomitmen untuk menutupi identitas sekolah yang satunya yang dengan baik menanggapi protes saya sehingga masalah selesai secara kekeluargaan).
Tautan tulisan/puisi plagiat yang ada di gambar bisa dilihat di sini. Di situ tertera nama sekolah. Puisi itu memplagiat puisi saya yang berjudul Indonesia Jaya versi baru (versi yang saya buat karena sebelumnya puisi ini juga pernah diplagiat oleh blogger lain). Karena versi baru yang diplagiat, seharusnya si plagiator melihat semua peringatan dan catatan kaki yang saya bubuhkan sebelum melakukan plagiat secara manual, kecuali jika dia mengabaikan semua dan memang meniatkan diri untuk melakukan kejahatan intelektual.
Sebenarnya banyak lagi yang memplagiat tulisan saya di ranah maya. Di blog, di media sosial, di forum dll. Bahkan ada yang memplagiat tulisan saya untuk diikutkan writing challenge. Untung saya tahu, lalu saya hubungi penyelenggara dan si plagitor yang langsung kabur tanpa sepatah kata pun.