Usaha untuk mempertahankan budaya melalui seni tari terus dilakukan hingga jenjang pendidikan dasar. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guruh Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Sosiologi, Min Amrina Rosyada memperkenalkan sebuah panduan untuk konsep seni tari di kelas 4 SDN 1 Tengguli, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara pada hari Senin (29/9/2025).
Panduan ini merupakan bagian dari kegiatan Bakti Akademisi yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang. Karya yang ditawarkan berupa konsep Tari Sapu-Sapu, sebuah kreasi seni tari yang terinspirasi oleh nilai kebersihan.
Tari Sapu-Sapu dibuat dengan memiliki dua tujuan utama, yakni memperkenalkan seni budaya serta menanamkan semangat kebersihan kepada anak-anak, terutama dalam upaya menjaga kebersihan kelas. Gerakan-gerakan dalam tarian ini mengambil inspirasi dari aktivitas menyapu yang sudah dikenal dalam keseharian siswa. Konsep ini menjadi sebuah inovasi menarik karena menyatukan pembelajaran seni dengan pembentukan karakter dan kebiasaan positif.
Panduan ini menyajikan penjelasan mendalam tentang konsep Tari Sapu-Sapu, mencakup gerakan dasar, filosofi di balik setiap gerakan, serta nilai-nilai karakter yang ingin diajarkan. Materi disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh murid tingkat dasar. Setiap gerakan dalam tari disusun untuk mencerminkan aktivitas bersih-bersih yang kemudian diubah menjadi gerakan seni yang indah serta bermakna.
"Tari Sapu-Sapu terinspirasi dari kegiatan kebersihan sehari-hari. Kami berharap, melalui tarian ini anak-anak akan lebih antusias dalam menjaga kebersihan kelas mereka," kata salah satu anggota tim penyusun.
Siswa kelas 4 SDN 1 Tengguli menunjukkan minat yang tinggi ketika diperkenalkan dengan konsep Tari Sapu-Sapu. Mereka tertarik dengan gagasan tarian yang memadukan seni budaya dengan aktivitas sehari-hari yang akrab bagi mereka. Para siswa tampak bersemangat saat mempelajari masing-masing gerakan serta filosofi yang terkandung dalam tarian ini.
Pihak sekolah menerima kehadiran panduan ini dengan baik sebagai media pembelajaran yang inovatif. Guru berharap bahwa melalui Tari Sapu-Sapu, siswa tidak hanya belajar tentang seni tari, tetapi juga semakin termotivasi untuk memelihara kebersihan lingkungan kelas mereka.
Inisiatif ini menjadi contoh kreatif di mana seni budaya bisa dihubungkan dengan pendidikan karakter. Tari Sapu-Sapu tidak hanya mengajarkan anak-anak mengenai seni tari, tetapi juga menanamkan nilai-nilai positif seperti rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Pendekatan seperti ini dianggap efektif karena menyampaikan pesan edukatif melalui cara yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak.
Program pelestarian budaya melalui seni tari seperti ini menunjukkan kontribusi mahasiswa dalam pendidikan. Karya yang lain diharapkan mampu terus berkembang di sekolah-sekolah lain, sehingga generasi muda dapat terus mencintai dan menjaga warisan budaya bangsa mulai dari usia dini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI