Mohon tunggu...
Mira Rahmawati
Mira Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belum tahu apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Terlalu Rajin Belajar, Bisa-bisa Nanti Jadi Kebiasaan

25 September 2020   18:16 Diperbarui: 26 September 2020   15:02 3175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca (Sumber: www.fiverr.com)

Ia sudah biasa miskin dan tak ada yang harus diratapi. Ia juga bukan tipe yang suka keras atau suka memanjakan cucunya. Ia mengajari Akhihiro dengan sewajarnya. 

Cover Buku Saga no Gabai Bachan | Goodreads.com
Cover Buku Saga no Gabai Bachan | Goodreads.com
Tokoh nenek ini pun juga jauh dari kata gengsi, kesehariannya ia terbiasa mengikat tali di pinggangnya sembari menguraikan tali yang ujungnya dengan magnet ke mana pun ia pergi. 

Selesai pulang dari bekerja, ia mengambil barang-barang kecil dari besi semisal paku yang tertarik oleh magnet untuk dijual. Selain itu, tiap hari, ia pun menyaring sayuran, udang karang, atau benda lain yang terjaring di sungai di dekat rumahnya. 

Sayuran itu kebanyakan dianggap jelek bukan karena busuk, tapi karena bentuknya kecil, bengkok, atau bercabang. Ia selalu memanfaatkan hal yang orang lain anggap tak berguna. 

Pada hari raya, ia pun mendapat persembahan/sesajen yang juga tersangkut di magnet. Ketika Akhihiro bertanya, "Apakah dewa tidak marah?" Neneknya justru bilang kalau dewa mungkin justru akan senang karena makanan itu dimanfaatkan dengan baik.

Meskipun kehidupan si nenek sangat sederhana, sebetulnya ia tak miskin. Akhihiro melihat neneknya meminjamkan uang pada orang-orang yang membutuhkan. 

Si nenek pun membelikan sepatu mahal saat Akhihiro akan menjadi kapten bisbol di pertandingan sekolah. Baginya, pelit itu payah, hemat itu jenius.

Selain mengenai gaya hidup, si nenek pun punya pandangan unik mengenai pendidikan. Bagian ini menjadi bagian favorit saya dalam buku ini karena sebelumnya saya selalu terbayangi untuk selalu mendapat nilai bagus, yang kemudian menghilangkan esensi saya belajar.

Kutipan "Jangan terlalu rajin  belajar" ini pun sebaiknya dipahami dulu konteksnya sebelum memutuskan benar atau salahnya. Tokoh nenek tidak pernah memaksa Akhihiro untuk belajar, juga sebaliknya. 

Bagi saya, tokoh nenek hanya tidak ingin membebani cucunya untuk belajar hal-hal yang tak ia sanggupi. 

Si nenek mengesankan bahwa Akhihiro bisa belajar di luar pelajaran sekolah yang mana juga sama-sama penting untuk kehidupan. Semisal dengan bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada sekaligus mencari bakat yang ada dari pada memaksakan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun