Mohon tunggu...
Paijo Panduprodjo
Paijo Panduprodjo Mohon Tunggu... Konsultan - jangan bosan untuk berbuat baik

Pernah mengajar di Universitas Jember, pernah menjadi konsultan Proyek SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) dan DAPS (Disaster Awareness in Primary School). Peduli pada pengembangan IPA melalui pembelajaran yang berbasis pada fakta dan konsep serta tidak berdasarkan pada hafalan semata. Metode pembelajaran IPA yang berbasis pada NGAJARI dan bukan NGABARI akan lebih membuat anak-anak kita menjadi cerdas dan lebih dekat dengan Tuhan karena dalam setiap pembelajaran IPA konsep apapun selalu bisa menyertakan keagungan Tuhan dalam setiap penyampaiannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Softskill Pasangan Hardskill

9 Maret 2013   13:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:04 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tujuan pendidikan nasional Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kata kuncinya adalah mencerdaskan dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Sementara itu dalam aspek pendidikan yang dikembangkan dari para siswa adalah kognitif, afektif, dan psikomotor. Suka atau tidak suka secara riil di lapangan selama ini kita baru mengembangkan aspek kognitifnya saja sehingga sadar atau tidak sebenarnya kita baru membentuk manusia Indonesia 1/3 seutuhnya. Manusia yang cerdas berbeda dengan manusia yang pandai. Pandai bisa ditandai dengan nilai bagus setiap mengikuti ujian, sedangkan cerdas lebih kepada kemampuan menyelesaikan masalah dalam waktu singkat. Menurut saya cerdas pasti pandai sedangkan pandai belum tentu cerdas.

Kemampuan menjawab soal oleh siswa tergantung dari banyak hal, antara lain pemahaman konsep, kualitas soal, kemampuan bertanya dari penguji, kemampuan membuat soal, reliabilitas dan validitas butir soal, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pilihan kata dalam pembuatan soal. Dengan demikian, sangat tidak bijaksana ketika anak yang ketika ujian tidak mendapat nilai bagus kemudian dicap sebagai anak yang bodoh bisa jadi hal ini disebabkan karena siswa kurang memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menjawab soal seperti yang sudah diuraikan di atas.

Aspek kognitif sering disebut dengan hardskill, sedangkan afektif dan psikomotor lebih dikenal dengan softskill. Beberapa softskill yang sebaiknya dilatihkan kepada para siswa ketika sedang belajar adalah disiplin, tanggung jawab, kerjasama, etika, kepemimpinan dan komunikasi. Kemampuan ini akan sangat menunjang kesuksesan siswa di masa depannya. Ada juga para ahli yang mengatakan kalau hardskill identik dengan IQ sedangkan softskill dapat diidentikan dengan ESQ. Sehingga kedua skill ini mestinya selalu berpasangan, karena meninggalkan salah satunya dapat berakibat kegagalan dalam dunia pendidikan. Bagaimana cara memberikan keduanya secara seimbang? Ini yang masih menjadi kesulitan kita, namun bukan berarti kita tidak bisa, mari kita coba urai bagaimana sebaiknya kedua skill ini diberikan kepada para siswa:

1. Guru menjadi model. Budaya paternalistik yang melekat pada masyarakat menghendaki ada tokoh panutan yang dapat dicontoh. Silakan dalam hal ini bapak dan ibu guru berdisiplin ketika mengawali dan mengakhiri pelajaran, sopan dalam berpakaian, tutur kata yang menyejukan, dan kemampuan berkomunikasi yang mampu memotivasi anak untuk dapat belajar dengan baik.

2. Guru memahami konsep dari pelajaran dengan sangat baik (baik saja tidak cukup. Selalu me refresh konsep yang dimiliki dengan kemajuan iptek terkini sehingga mampu membimbing siswa dengan baik.

3. Bersikap terbuka sehingga para siswa tidak takut untuk membagi pengalaman, bertanya untuk masalah yang mereka tidak mengerti, dan merasa mendapat teman belajar yang menyenangkan.

4. Guru melatih diri membuat soal yang baik agar soal yang dibuat tidak sekedar sulit namun juga mampu membedakan antara anak yang pintar dengan yang kurang pintar, baik dalam bentuk tes uraian maupun pilihan ganda.

5. Kadang melakukan kegiatan pembelajaran di luar ruangan agar para siswa dapat mempelajari konsep dengan lebih luas dan luwes. Bertemu dan berdiskusi dengan orang lain yang ahli di bidangnya baik dengan cara  kita yang mengunjungi mereka maupun mereka yang kita undang ke dalam kelas kita.

Masih banyak lagi langkah-langkah yang bisa kita lakukan agar pembelajaran kita tidak hanya mampu menghasilkan lulusan yang baik secara kognitif namun juga kemampuan psikomotor dan afektifnya. Untuk itu bapak dan ibu guru tidak cukup hanya pintar namun harus pintar-pintar mencari cara agar anak didik kita memiliki hardskill dan softskill yang baik. Keberhasilan orang-orang yang hardskillnya sama akan dibedakan oleh softskillnya, suatu bentuk skill yang kadang lupa kita latihkan ketika sedang mengajar para siswa. Agar sistimatis maka softskill apa saja yang akan dikembangkan sebaiknya merupakan keputusan institusi sehingga semua guru akan dapat menjalankannya dengan baik. IQ tinggi berpadu dengan ESQ bagus merupakan salah satu  cara untuk membentuk manusia Indonesia yang sesungguhnya dan seutuhnya.  Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun