Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hentikan Mewabahkan Berita tentang Kecemasan!

19 Maret 2020   11:27 Diperbarui: 19 Maret 2020   11:30 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Saya sungguh tak habis pikir. Dalam beberapa minggu terakhir linimasa dan media sosial saling berlomba memberitakan beraneka corak ragam wabah corona. Bertubi-tubi. Tiada henti. Seolah jika tidak ikut berkontribusi memberitakan merupakan dosa tak terampunkan.

Padahal apa yang diforward dan dilansir adalah berita-berita yang sesungguhnya malah menambah kecemasan. Saya rasa cukuplah melansir berita dari otoritas untuk menjadi pegangan. Tidak perlu berlomba-lomba meriakkan gelombang kecemasan tak putus-putus yang pada akhirnya membuat banyak orang justru terperangkap dalam kepanikan.

Ada baiknya masing-masing dari kita mengambil peran sebagai penonton sepakbola. Menyimak, menyaksikan, berdebar-debar, dan bersorak, di tempat yang semestinya. Yaitu tribun penonton.

Jangan kemudian ikut-ikutan masuk ke lapangan, mengejar bola dan bahkan menimbulkan huru hara dengan memaki-maki pemain serta wasit. Lebih parah lagi lantas memukuli para pemain dan juga wasit.

Berita-berita tidak benar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan mondar-mandir dengan leluasa di penglihatan kita. Lebih berperan sebagai jarum yang menusuk-nusuk retina dibanding obat tetes yang bisa menyegarkan iritasi mata.

Rasa cemas itu punya kemampuan meruntuhkan adrenalin secara cepat. Sementara runtuhnya adrenalin berperan besar melahirkan ketakutan yang berlebihan sehingga membesarkan reaksi yang tidak perlu.

Contoh nyata kemudian timbul panic buying, rushing, dan beberapa hal lain yang sebetulnya justru berakibat buruk terhadap tatanan bermasyarakat. Masker yang melenyap, antiseptic yang menghilang dari pasaran, sembako diserbu habis-habisan, adalah ekses mengerikan dari kecemasan berlebihan akibat hujan informasi asal forward di berbagai media sosial dan linimasa.

Jadi, ayolah berhenti menjadi agen kecemasan. Stop forward berbagai berita yang tidak perlu di grup-grup WA dan akun sosial media lainnya. Negara ini terlalu luas dengan demografi yang luar biasa beragam. Sedikit berita mencemaskan akan menyebabkan efek domino yang juga tidak biasa. Sulit untuk diredam. Susah untuk dihentikan.

Cukuplah kita berperan aktif dengan cara menyebarkan informasi satu pintu yang disampaikan pemerintah melalui otoritas yang telah ditetapkan.

Sederhana bukan?

Jakarta, 19 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun