Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bunga Tujuh Helai dengan Tujuh Pesan Berwarna

13 Maret 2018   20:37 Diperbarui: 14 Maret 2018   12:15 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

Reni menghentikan sejenak membaca helai-helai bunga itu.  Tenggorokannya tercekat.  Cukuplah mengasihani diri.  Dia harus memulai semuanya lagi. 

Semangat. Pas! Helai bunga keempat itu sangat pas dengan suasana hatinya yang mulai menyala.  Dia punya sebuah kemampuan unik yang sempat melambungkan namanya.  Berhenti seketika hanya karena ratapan dan putus asa.  Dia bisa minta bantu mama atau adiknya untuk berkarya lagi.

Pejuang.  Ini dia!  Dia harus menjadi pejuang!  Bukan dia satu-satunya di dunia yang menderita.  Mata Reni kembali memedih.  Kenapa dia menyia-nyiakan hidupnya yang begitu berharga.  Karyanya bisa membantu sesama dengan caranya sendiri.  Tapi dia berhenti.  Duh!

Bangkit.  Tak ada pilihan lainnya.  Dia akan bangkit lagi seperti singa terluka yang tak pernah putus asa berburu mangsa demi hidupnya.  Masa silam biarlah kelam.  Masa kini sedang menanti.  Masa depan bukan untuk dikorbankan.  Bukan untuk dirinya sendiri.  Tapi untuk orang lain yang barangkali bisa sangat berarti.

Wangi.  Reni sangat menyukai wangi bunga.  Bunga apa saja.  Mencium wangi bunga masih bisa membuatnya merasa mempunyai panca indera.  Wangi ini juga berarti banyak ketika dia bisa berguna bagi sesama.

Reni menyelesaikan bacaan pada helai-helai daun ajaib yang sepertinya memang ditumbuhkan malaikat di dalam mimpi anehnya.  Sekali lagi Reni mengedarkan pandangan ke sekeliling hamparan bunga di padang savana itu.  Dia tahu bahwa dia harus mengakhiri mimpinya segera.  Dia ingin segera memulai semuanya lagi.  Seperti pesan yang tertulis di bunga tujuh helai dengan tujuh warna.

-----

Reni membuka matanya.  Pertama yang dirasakannya adalah elusan lembut di rambutnya.  Dia buta sehingga dia tidak bisa melihat itu siapa.  Tapi dia tahu itu adalah elusan tangan ibunya.

Reni memberi isyarat dengan gerakan kecil.  Sepasang tangan kokoh memegang bahu lalu mengangkat tubuhnya.  Ini pasti tangan ayahnya yang selalu mengangkat tubuhnya untuk duduk atau ke kursi roda.  Reni sangat hafal sentuhan kasih dari ayahnya.  Semenjak kecelakaan merenggut kedua kakinya.

"Reni sayang, beberapa buku karyamu yang best seller dulu akan difilmkan.  Mereka meminta ijin darimu untuk memulainya," suara ibunya berbisik lirih di telinga Reni.  Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.

"Iya ibu.  Tolong hasilnya semua disumbangkan ke yayasan yatim piatu ya Bu.  Reni juga mau mulai menulis lagi.  Reni sudah mendapatkan judulnya, Bunga Tujuh Helai dengan Tujuh Pesan Berwarna," tutup Reni,  penulis muda berbakat yang terkenal karena karya-karya novelnya yang spektakuler.  Sebelum sebuah kecelakaan hebat membuatnya begitu putus asa dan memaksa menghentikan otak briliannya dalam berkarya.  Dua tahun lamanya.

-----

Jakarta, 13 Maret 2018

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun