Ada beberapa situasi yang bisa terjadi kepada semua orang. Â Sesuatu yang shocking, mampu menstimulasi otak untuk berkreasi. Â Kejadian politik yang sangat panas misalnya, akan sangat bisa membuat seorang penulis menuangkan karyanya secara bertubi-tubi. Â Dengan tema politik tentu saja. Â Coba perhatikan bagaimana orang-orang tak berhenti selama beberapa hari membuat tulisan tentang Setnov dan tiang listrik. Â Ini saya sebut sebagai sebuah situasi Lightning inspiration. Â Inspirasi beraliran petir.Â
Ini adalah suasana di mana hati dan otak sama-sama digiring dalam suatu senyawa. Â Disambungkan oleh fenomena petir yang menjaga inspirasi tetap terjaga dan tidak langsung hilang. Â Sederhananya, bukan inspirasi sesaat. Â Meskipun juga akan hilang dalam beberapa saat.
Contoh konkrit berikutnya justru terjadi kepada saya. Â Berkali-kali bahkan. Â Sewaktu saya menulis tetralogi novel kisah air dan api, Â saya seperti menemukan trance selama berbulan-bulan. Â 3 buku dari seharusnya 4 buku bisa saya selesaikan selama 8 bulan. Â Saya dipaksa untuk tidak berhenti menuliskan novel berlatar belakang sejarah kerajaan-kerajaan besar di Jawa dengan tema romantika beserta bumbu silat dan perang di dalamnya.
Saya sebut situasi di atas sebagai Magnetic Inspiration. Â Inspirasi yang dikuatkan oleh medan magnet dari sebuah tema selama kurun waktu yang lama. Â Otak dan hati saya menyatu menjadi satu kesatuan. Â Situasi ini bertahan jauh lebih lama dibanding situasi Lightning Inspiration.
Lalu adakah situasi-situasi lain terkait inspirasi? Â Tentu saja ada. Â Dan banyak! Â Bisa juga seseorang yang sangat paham terhadap satu hal, sanggup membangkitkan gairah baginya untuk menuliskan hal yang dipahaminya itu secara terus menerus. Â Saya menamakannya Thematic Inspiration.Â
Contohnya adalah jika seseorang sangat mendalam pengetahuan religinya, Â maka pengetahuannya yang mendalam itu bisa mendorong sebuah situasi menulis yang simultan. Â Bukan lagi sporadis. Â Ada keyakinan luar biasa yang ikut andil dalam mendorong penulis untuk memperdengarkan dan memperlihatkan kepada orang lain apa yang ingin dibaginya.
Contoh lain, jika seseorang berada di ruang lingkup pekerja kemanusiaan di mana setiap harinya menemui situasi-situasi yang mengenaskan, mengerikan, memprihatinkan, sementara dia sendiri sangat dalam menerjuni profesi sampai ke dasar hati, maka tak perlu heran jika tulisannya akan menggelontor tak habis-habis demi pemikiran dan keprihatinannya tersebut.
Akan lebih banyak lagi contoh-contoh kecil maupun ajaib yang mampu mendorong situasi menulis. Â Kita bisa menamakannya dengan sebutan apapun. Â Yang jelas, jangan pernah berhenti menulis. Â Karena itu sama saja dengan tidak memasuki situasi apapun. Â Artinya, kosong, hambar dan hampa.Â
Menulislah! Â Masuki situasimu sendiri. Â Lalu temukan bagaimana kata-kata ternyata mudah menerbitkan rasa bahagia.