Mohon tunggu...
Milton Napitupulu
Milton Napitupulu Mohon Tunggu... Konsultan - Milton ministry

Bincang-bincang Generasi Emas Batak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkawinan, Penting Kah?

15 Juli 2019   20:02 Diperbarui: 15 Juli 2019   20:13 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Kartu Tanda Penduduk ada isian mengenai status perkawinan. Ada yang mengisi "belum kawin" dan ada yang mengisi "Kawin". Seseorang disebut "kawin" adalah memiliki surat legalitas perkawinan dengan seseorang yang menjadi suaminya/istrinya. "Belum kawin" adalah tidak memiliki surat legalitas perkawinan; disebut juga lajang. Perkawinan menjadi topik penting dibicarakan oleh Generasi Emas Batak. Ada pandangan pro dan kontra memandang perkawinan. Yang pro memandang perkawinan itu penting; Yang kontra memandang perkawinan itu tidak penting.

Ada oknum generasi Batak, muda, mengakui bahwa dirinya sudah melakukan hubungan selayaknya suami istri dengan lawan jenisnya secara sembunyi-sembunyi. Mereka menghindar dari bidikan adat, budaya dan agama. Diakui, seseorang mungkin saja ada yang mengetahui perbuatannya tetapi orang yang mengetahui tersebut cendrung diam dan ada yang maklum. Ketika saya tanya oknum tersebut, mengapa tidak menikah saja? Ada yang menjawab, bahwa mereka sudah tau bahwa pihak orang tua pasti tidak setuju. Itu satu hal. Hal lain, pasangan tersebut tidak memiliki konsep untuk hidup berkeluarga. Mereka memilih masing-masing hidup bebas dan hubungan suami istri dilakukan sepanjang ada kecocokan.

Saya bincang-bincang dengan beberapa jomblo, ada laki-laki dan ada perempuan. Ada diantara mereka yang punya ketakutan membayangkan bentuk keterikatan; karena keterikatan hubungan suami istri dinilai sebagai keterbelengguan dalam keluarga. Mereka sedih dan prihatin memandang pasangan suami istri yang tidak harmonis tetapi dengan keterpaksaan harus dipertahankan; karena mereka dijerat pengetahuan mereka terhadap adat, budaya dan agama yang tidak membuka ruang bagi perceraian. Hal itu dipandang menyeramkan.

Generasi Batak Kristen, populer dengan monogami, perkawinan satu kali seumur hidup dengan satu pasangan saja. Tidak boleh bercerai kalau bukan kematian. Setiap pasangan dituntut abadi.

Dalam perjalanan saya menjelajah di dunia generasi Batak penganut agama Kristen, sudah ada oknum-oknum tertentu dari generasinya melakukan inovasi-inovasi perkawinan di luar pandangan dan jangkauan, organisasi gereja / agama, adat dan budaya. Sejumlah tertentu pasangan yang sudah sah secara adat dan organisasi gereja secara sembunyi-sembunyi membangun perkawinan lagi dengan pasangan barunya di luar pengetahuan pasangannya yang sah. Anehnya, di satu dua kasus ada juga yang secara terang-terangan melakukan pesta perkawinan dan mendapat persetujuan organisasi gereja dan adat / budaya pada hal si laki-laki / istri belum memiliki surat perceraian resmi dari pasangan sebelumnya. Satu dua kasus saya menemukan seseorang yang sudah
mengalami kisah perkawinan episod satu, episod dua, episod tiga dan seterusnya.

Saya pernah mendengar bahwa sudah ada organisasi gereja yang sudah terbuka menerima seseorang untuk diberkati perkawinannya pada hal si laki-laki / perempuan masih memiliki ikatan sah kepada pasangannya sebelumnya, betulkah? Situasi ini saya rekomendasikan kepada semua pihak generasi emas Batak Kristen supaya dibicarakan secara serius. Perkawinan, pentingkah? Ada organisasi gereja terbuka kepada perceraian, betulkah? Ada organisasi gereja keras anti terhadap perceraian, betulkah? Jawaban dan sikap terhadap pertanyaan tersebut sangatlah penting bila organisasi gereja dan adat maupun budaya tidak mau kehilangan harga diri atau jangan terjebak pada basa basi keagamaan / adat / budaya saja. Hati-hati, janganlah sampai organisasi Adat dan organisasi gereja sebagai alat legitimsi perkawinan generasi tukang kawin. Rasa prihatin saya terhadap perkawinan semakin meningkat bila ada oknum-oknum yang dinamai hamba Tuhan yang sudah mengalami beberapa kali kawin-cerai dan direstui organisasi gerejanya. Rasa prihatin saya juga berlaku terhadap organisasi gereja yang dengan suka-suka memberkati hamba Tuhannya menikah lagi sementara suami/istrinya sebelumnya ditinggal begitu saja.

Saya menaruh salut dan hormat kepada setiap pasangan suami istri yang berhasil langgeng dalam pernikahan sekali untuk selamanya, terlebih buat pasangan yang bebas dari tindakan selingkuh / serong. Tak ada gading yang tak retak. Maafkan aku bila tutur kataku dinilai kurang bermartabat. Hal ini kucatat, siapa tau, besok-besok ada waktuku membaca kembali dan merefleksikannya. Aku tulis di RS Vita Insani, P.Siantar, Minggu, 14 Juli 2019, Kamar 308, Pkl: 18:20 mengisi waktu disaat melayani orang sakit. Salamku kepada semua sahabat Milton Ministry, yang mau berpartisipasi kepada kelangsungan misiku boleh hubungi WA 081269042088.

Salam Milton Ministry Bincang-Bincang Generasi Emas Batak. Las Rohakku I'm Joyful.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun