Mohon tunggu...
K-Mila Tan
K-Mila Tan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Paksa Aku untuk Belajar, Aku Bukan Boneka Kalian

24 Februari 2018   06:39 Diperbarui: 24 Februari 2018   06:45 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: malecodependence.com

Orang tua pastinya bangga jika buah hatinya tumbuh menjadi anak yang pandai, tapi tahukah ayah bunda untuk membuat anak menjadi pintar itu memerlukan proses yang yang panjang dan tidak bisa didapatkan secara praktis. Dan sebagai orang tua kita pasti akan melakukan berbagai macam cara untuk membuat anak menjadi pintar misalnya menyekolahkannya di sekolah yang mahal dan berkualitas, memberi anak les bahasa inggris, les matematika dll. 

Mungkin sebagai orang tua hal yang demikian itu sudah tepat dan sudah menjadi hak anak. Tapi pernahkah orang tua mendengarkan apa yang diinginkan anak dalam belajar, orang sering kali tidak memperhatikan kondisi psikologis anak mereka.

Orang tua terlalu terpaku pada hasil dan tidak mementingkan proses. Tahukah ayah bunda demi mendapat nilai yang bagus anak harus belajar mati-matian agar nantinya mereka bisa pulang dan membawa nilai hasil mereka belajar untuk membuat kalian bangga. Tapi apa jadinya jika yang diinginkan anak tersebut malah tidak terjadi, orang tua malah mengomel dan memarahi anak tersebut karna nilai yang ia bawa lebih rendah dari temannya. 

Ayah ibu cobalah mengerti perasaan anak kalian jangan membanding-bandingkan anak kalian dengan orang lain. Tanpa kalian tahu demi mendapatkan nilai tersebut anak harus kehilangan masa-masa bermain mereka, kehilangan waktunya bersama orang tua mereka. Demi membanggakan kalian anak menuruti perintah kalian untuk mengikuti les bahasa inggris, les matematika, les membaca al quran,dll. 

Orang tua tidak memahami perasaan mereka, anak-anak tersebut masih terlalu dini untuk mendapat pembelajaran yang sepadat itu sehingga mereka kehilangan waktu mereka bermain. Harusnya di usianya yang masih terlalu dini yaitu 2-6 tahun tahapan belajar mereka adalah belajar sambil bermain. Tapi justru orang tua memaksa anak untuk belajar dan mengikut sertakan mereka les-les yang belum menjadi kebutuhannya di usianya saat ini. 

Ayah bunda ingatlah perubahan yang dipaksakan dalam waktu singkat tanpa tahapan yang wajar pada anak akan sulit dilakukan, ketika satu kali dua kali gagal anak akan frustasi dan tidak yakin mampu melakukannya lagi sehingga ia tidak mau mencobanya lagi. Jadi jika anak anda menuruti perintah anda untuk les atau belajar dll semata-mata ia takut gagal dan membuat kalian kecewa dengan anak tersebut. 

Jika orang tua tidak puas dengan hasil belajar anak tersebut, akibatnya anak akan cenderung menolak dan mencari-cari alasan, acuh tak acuh, marah atau bahkan mengeluarkan senjata pamungkasnya yaitu menangis atau mogok sekolah. Jika ini terjadi untuk merubah atau menggembalikan psikologis anak seperti semula akan sulit.

Harunya orang tua memuji sekecil apapun perubahan dan prestasi yang telah di dapatkan anak. Jika anak mendapat pujian atau reward, anak akan lebih semangat belajar dan suka pergi ke sekolah. Anak juga anak juga akan lebih mematuhi orang tua dan guru. Jadi ayah dan bunda marilah belajar bersama anak sisakan sedikit waktu dengan anak agar merasa di perhatikan oleh orang tua. 

Dan orang tuapun dapat melihat tumbuh dan berkembang anak dalam tahap belajar. Karna dalam belajar anak membutuhkan kondisi yang rileks sehingga mereka dengan mudah menyerap pelajaran tanpa mendapat tekanan dari orang tua maupun guru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun