Mohon tunggu...
miftahul jannah
miftahul jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Halo perkenalkan saya Miftahul Jannah, Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena Clickbait di Media Online

21 Mei 2022   14:49 Diperbarui: 21 Mei 2022   15:03 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pemberitaan media online di Indonesia pasti pernah memberikan judul berita yang clickbait, salah satunya adalah media detik.com. Berita yang diberikan oleh detik.com ini memiliki judul yang heboh dan menarik pembaca untuk melakukan click pada berita tersebut, padahal jika kita sudah membaca isi dari berita tersebut, isi berita yang disajikan juga biasa-biasa saja. Ankesh Anand, dari Indian Institute of Technology, dalam tulisannya yang berjudul "We used Neural Networks to Detect Clickbaits: You won't believe what happened Next!" mengatakan bahwa clickbait merupakan istilah untuk judul berita yang dibuat untuk menggoda pembaca. Biasanya menggunakan bahasa yang provokatif nan menarik perhatian. Clickbait merupakan bentuk manipulasi dan ekspliotasi terhadap sisi kognitif dari manusia atau bisa disebut dengan curiosity gap yaitu perbedaan rasa ingin tahu. Judul berita yang disajikan dapat memancing rasa ingin tahu pembaca sehingga para pembaca "dipaksa" untuk mengklik link berita untuk mengetahui lebih dalam isi berita tersebut sekaligus mengobati rasa ingin tahu. Kadang kala, umpan berita itu dapat menipu pembaca untuk mengklik, dalam jangka panjang, clickbait biasanya tidak memenuhi harapan pembaca, dan membuat mereka kecewa.

Fenomena clickbait seperti dua sisi mata uang bagi pemilik media, di satu sisi pemilik media tersebut menuntun agar pembuat berita harus menghasilkan artikel berita yang memiliki Key Performance Indicator (KPI) yang tinggi supaya bisnis media mereka tetap berlangsung. Di sisi lain, para pembuat berita juga diminta dalam menyajikan artikel berita harus sesuai dengan standar Kode Etik Jurnalistik. Menurut Merriam-Webster, clickbait headline adalah suatu headline berita yang sengaja dibuat supaya pembaca berita penasaran dan ingin mengklik link berita tersebut. Artinya, Clickbait Headline bisa digunakan ketika produsen media berita online mem-posting tautan berita mereka pada media sosial. Pada awalnya, clickbait headline adalah headline yang digunakan dalam konten iklan banner situs yang dirancang untuk menarik pembaca agar meng-klik tautan yang menyertainya (Potthast, Kpsel, Stein, & Hagen, 2016). Hampir setengah dari artikel berita yang paling banyak dilihat menggunakan teknik clickbait headline. Hal ini membuktikan penggunaan teknik clickbait headline sangat efektif dalam menaikkan rating dari media tersebut.

Di luar negeri, penelitian mengenai clickbait yang ada di berita online sudah pernah dilakukan, salah satunya oleh B Garca Orosa, S Gallur Santorun, X Lpez Garca (2017) dengan judul "Use of clickbait in the online news media of the 28 EU member countries". Penelitian dari Garcia ini meneliti media online di 28 negara yang ada di Uni Eropa. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa elemen penting untuk membujuk pembaca supaya ada di halaman berita itu adalah dengan menggunakan clickbait. Akan tetapi, penggunaan clickbait juga merugikan nilai jurnalistik dari sisi penulisan dan penyuntingan artikel. Secara umum media online di 28 negara di Uni Eropa menghasil klik tidak melalui konten yang berkualitas namun, hampir setengah kasus, melalui judul yang catchy, provokatif, dan headline yang sensasional yang bertujuan mengeksploitasi keingintahuan pembaca.

Karakter dari berita online itu sendiri yaitu penyajian berita yang padat dan jelas, berita yang disajikan di detik.com ini berisi dua paragraph saja dan isi pokok yang harusnya disajikan dalam judul justru tidak ditulis. Tujuan dari headline berita ini supaya menarik pembaca dan ini bisa menaikkan rating media detik.com. Dalam berita yang berjudul "Ma'ruf Amin: Makan 2 Pisang Tak Perlu Makan Nasi", sebenarnya yang dimaksud oleh Ma'ruf Amin yaitu dua buah pisang itu kalorinya setara dengan seporsi nasi, sehingga jika sudah makan pisang tidak perlu makan nasi. Tapi biasanya kita makan nasi iya, juga pisang iya. Itu sudah berlebihan.

Detik.com sebaiknya untuk tidak hanya memprioritaskan update dan trafik dengan mengesampingkan keakuratan berita dan kualitas berita yang disajikan sehingga membuat para pembaca tertipu dan kecewa sehingga Detik.com harus lebih memperhatikan pentingnya kualitas berita dan kode etik jurnalistik yang sudah ditetapkan secara resmi bagi seluruh media dan jurnalis Indonesia. Dengan itu pembaca tidak akan mengalami kekecewaan dan kehilangan kepercayaan kepada berita yang disajikan oleh Detik.com sekaligus media Detik.com.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun