Kandidat yang akan bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tidak lama lagi akan diketahui oleh masyarakat Indonesia. karena, KPU sudah menetapkan 10 Agustus 2018 sebagai batas akhir pendaftaran calon presiden dan wakil presiden.
Salah satu yang paling ditunggu, siapa lawan Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.
Loyalitas pendukung Prabowo adalah kunci yang menentukan siapa yang akan menjadi penantang Jokowi nanti. Lalu, apa jadinya jika Prabowo batal nyapres?.
Apabila Prabowo hanya menjadi cawapres atau king maker di Pilpres 2019, maka sudah pasti akan berdampak langsung ke Partai Gerindra.
Sementara apabila Prabowo tetap dicalonkan menjadi capres pada Pilpres 2019, bisa memberikan keuntungan pada Gerindra.
Sehingga ini yang dinamakan efek ekor jas atau coat tail effect. Mudahnya, efek ekor jas itu soal pengaruh pesona seseorang terhadap perolehan suara partai politik.
Ketokohan Prabowo sebagai ketua umum Gerindra sangat mempengaruhi kesuksesan Gerindra. Masyarakat atau simpatisan memilih Gerindra karena identik dengan figur Prabowo yang diharapkan menjadi presiden.
Jika murujuk pada data Survei Polling Indonesia (SPIN), Jokowi memiliki pemilih loyal sebesar 40 persen. Sementara Prabowo sebanyak 20 persen.
Melihat dari data tersebut, jika Prabowo gagal menjadi capres maka pendukungnya juga akan hilang. Antara 10 persen atau bahkan seluruhnya dalam kondisi yang ekstrim.
Pemilih setia Prabowo bisa kabur mendukung calon lain misalnya Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ataupun yang lainnya.