Mohon tunggu...
Muhammad Miftah Jauhar
Muhammad Miftah Jauhar Mohon Tunggu... Guru - Sciences and Islam

Specialization in molecular biology

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Harmoni Kehidupan: Islam, Cinta, IPTEK, dan Indonesia

3 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 3 Mei 2019   06:12 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rumah tidak akan berdiri kokoh jika salah satu penyangga rumah tersebut rapuh. Peradaban Islam tidak akan lahir jika komponen-komponen yang menopangnya tidak sempurna, Bahkan laptop yang digunakan untuk menulis sedikit kisah ini pun tidak akan bisa menyelesaikan tugasnya jika kehilangan salah satu tombolnya. Jika merujuk kepada fenomena remaja, tentu kisah Dilan tidak akan sempurna jika tidak ada Milea. 

Begitulah Allah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini saling melengkapi, saling mendukung, dan saling berkontribusi dalam pelaksanaan kehidupan sesuai dengan perintahNya.

 Harmoni selalu berada dalam sebuah keselarasan dari masing-masing komponen yang ada. Setiap keharmonisan yang tercipta, begitu banyak makna yang dapat di dapat, karena dari harmoni itulah masing-masing komponen menyingkap tabir yang jarang dapat dilihat. Analogi yang digunakan pada paragraf pertama merupakan analogi logis yang tentu kita dapat memahaminya. 

Namun sebelum kita berbicara rumah, laptop, bahkan sebuah peradaban, tentu kita harus berbicara dahulu mengenai pemain yang dapat menghasilkan produk-produk tersebut. 

Siapa kah itu? Tentu tidak lain dan tidak bukan adalah manusia itu sendiri, sebagai makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah, sebagai makhluk yang menerima tugas sebagai khalifah di bumi, bahkan buruknya, sebagai makhluk yang dengan tidak tahu dirinya, dapat menantang sang pencipta alam semesta.

Manusia diprediksi sebagai penyebab kepunahan massal berbagai organisme di dunia ini, setelah sebelum-sebelumnya, kepunahan massal organisme terjadi akibat berbagai fenomena alam seperti pergeseran benua, letusan Gunung Toba, atau akibat hujan meteor dahulu kala.

Lantas apakah manusia dengan kapabilitas berpikir yang canggih kekurangan prinsip kehidupan yang bisa membuat mereka menunjukkan sebuah karya besar dari harmoni kehidupan? Tentu tidak. 

Prinsip dasar manusia senantiasa berkembang dari awal hingga masa ini. Yang ada justru semakin banyak dan kompleks prinsip tersebut dan saling bertubrukan satu dengan lainnya. Namun mari kita berpikir dan mulai dari hal-hal dasar apa saja yang mewarnai pribadi dari sesosok manusia ini.

Islam, salah satu agama resmi di dunia ini. Di dalam Islam, penciptaan manusia dijelaskan dari mana mereka berasal, dan yang paling utama, tujuan mereka hadir di muka bumi ini untuk apa. Dalam Surat Az-Zariyat ayat 56 dijelaskan bahwa manusia dan jin diciptakan oleh Allah dalam rangka beribadah kepadaNya. 

Makna ibadah memiliki 2 bentuk besar, yaitu ibadah yang diproyeksikan dalam bentuk hubungan manusia dengan Allah, dan ibadah yang diproyeksikan dalam bentuk hubungan sesama manusia. Dalam hubungan manusia dengan Allah, porsi ibadah yang bersifat individu/privasi lebih besar. 

Namun pada intinya dari sini kita memahami bahwa segala bentuk aktivitas kehidupan tidak akan lepas dari kedua bentuk ibadah tersebut, artinya adalah setiap langkah kehidupan kita akan senantiasa dipertanggung jawabkan nanti di sisi Allah. Oleh karena itu implikasi yang kita dapatkan adalah melakukan segala sesuatu dalam kehidupan kita sesuai dengan kacamata Islam. Karena dengan begitu, kita memiliki 2 keuntungan besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun