Mohon tunggu...
Humaniora

Perspektif Bahagia

16 Maret 2018   09:55 Diperbarui: 16 Maret 2018   10:21 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup tak akan selalu seindah apa yang kita bayangkan, Langit takkan selalu menjadi cerah. Ada saat dimana ia harus menyimpan hujan, mendung dan gelap. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sebuah kesempurnaan yang tak dimiliki oleh makhluk manapun, dimana manusia dapat merasakan belaian kasih, atau memiliki perasaan. Namun secara fakta, banyak diantara kita yang tidak mampu bertahan dalam suatu kondisi dibawah standar hidup yang telah kita miliki. Banyak diantara kita, yang kini telah menjadi hamba-hamba dunia, hamba uang, hamba ketampanan, dan hamba kecantikan.

Kehambaan terhadap hal-hal tersebut, dipandang sebagai jalan menuju suatu "kebahagiaan" yang sebenarnya fiktif, dan tidak akan terjadi. Mengapa  demikian? Marilah kita melihat pada Howard Hoson, seorang direktur perusahaan gas terbesar di Amerika Utara yang masuk ke sebuah Rumah Sakit Jiwa, belum lagi Kasus-Kasus Bunuh diri yang sedikit banyak melibatkan para ternama dunia ini,seperti halnya Michael Jackson, seorang artis yang sangat terkenal dengan ketenarannya. Belum lagi Marilyn Monroe, seorang wanita feminime nan cantik yang ditemukan tewas bunuh diri dalam keadaan over dosis obat-obatan. dan Leon Fraser, seorang presiden Bank International Settlement yang mati bunuh diri.

Marilah kita bersama membuat sebuah kesimpulan, bahwa kekayaan, ketampanan, kecantikan bahkan kepopuleran tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Marilah kita melihat disekitar kita, dimana banyak sekali orang kaya namun tidak memiliki keharmonisan dalam keluarga, perjudian, penggunaan obat-obatan terlarang, kecanduan minuman keras hingga permainan seks bebas yang menghantui suami hingga anak-anak dalam sebuah keluarga yang sedikit banyak tergolong mampu bahkan berlebih, Apakah ini karena kesibukan orang tua dan minimnya belayan kasih sayang?

Di belahan dunia lain, banyak keluarga-keluarga yang tergolong menengah kebawah yang mampu menciptakan suatu keharmonisan keluarga, saling bergotong royong membangun sebuah taraf hidup. Dimana anak dan orang tua mampu bekerja sama, dan saling membantu. Mereka tidak kecanduan akan hal-hal fana, Sebuah pilihan siapakah yang lebih berbahagia?

Bahagia bukan berarti harus menjadi miskin, namun kita harus memiliki mental sederhana, mental yang mampu bertahan dalam suatu keadaan sulit dibawah standar hidup kita. 3 Kunci dalam memperoleh kebahagiaan ialah Bersyukur, Berharap dan Berbagi. Bersyukur menandakan bahwa seseorang merasa tercukupi oleh Tuhan, merasa terberkati dan berterima kasih, tidak meminta lebih atau dengan kata lain "Biarlah Tuhan yang mengatur", sedangkan berharap berarti kita tak pernah meragukan tangan Tuhan, kita mampu percaya bahwa Tuhan mampu memberikan yang lebih, Berharap juga berarti percaya. 

Percaya bahwa Tuhan ialah seorang dalang yang sedang mengatur cerita hidup para pemain, yaitu kita semua yang sedang berziarah didunia ini. Kita mampu percaya bahwa Tuhan ialah dalang yang adil, sebuah masalah yang diberikan kepada kita akan memiliki sebuah penyelesaian yang adil, sedangkan berbagi ialah suatu implementasi dari rasa bersyukur dan berharap, berbagi berarti kita mampu bersyukur atas segala pemberian, berbagi mengajak kita untuk melihat saudara saudari kita yang tidak seberuntung kita, dengan harapan kita menjadi tangan Tuhan yang memuaskan harapan mereka yang lemah. Dan percayalah ketika anda menjadi tangan Tuhan kepada orang yang lebih lemah, akan ada tangan-tangan Tuhan yang lebih dari anda dan akan memperhatikan anda pula.

Melanjutkan pokok mengenai kebahagiaan fiktif, dimana banyak orang populer kaya mengajak kita untuk bersama-sama untuk membangun sebuah mental yang kuat yang tahan banting, marilah kita bersama-sama menyadari bahwa di dalam dunia ini tidaklah ada sebuah kepastian yang menjamin bahwa anda akan kaya terus, cantik terus, ganteng terus, sehat terus maupun pintar terus. Anda Kaya punya pabrik, pabrik anda kebakaran habislah anda. Anda Ganteng atau cantik? 

Kesiram air panas habislah anda. Anda Pintar? Tabrak mobil , amnesia habislah anda. Disamping itu kita menyadari bahwa kepastian yang disimpan dalam diri kita, ialah akan ada saat dimana kita harus kembali ke pelukan-Nya. Kehidupan ialah sebuah perziarahan dan perjalanan, perjalanan mengarungi laut untuk kembali kepangkuan-Nya. Mengapa mengarungi laut? Marilah bersama kita menganggap daratan sebagai kediaman-Nya, kita turun ke Bumi (Laut) dari kediaman-Nya (darat) dan kita akan pulang kembali ke kediaman-Nya (darat), perjalanan mengarungi laut ialah perjalanan kehidupan kita yang sering kali berombak, terkena badai dan masalah-masalah, sering terjadi konflik atau kendala-kendala. Namun usaha kitalah yang akan menentukan akhir cerita, apakah kita akan selamat sampai kediaman-Nya dan memperoleh kebahagiaan abadi, atau kita akan tenggelam dan pergi ke dasar lautan (Neraka) , perjuangan kitalah yang akan menentukan kebahagiaan akhir kita.

Kyai LS Badranaya (Bodronoyo), mengatakan "Memayung hayuning bawana, ambrasta dur hangkara" yang berarti demikian : Harus dan Wajib hukumnya mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara (murka, serakah dan tamak). Filosofi Jawa tersebut mengajarkan dan menekankan kepada kita bahwa dalam memperoleh bawana yang merupakan suatu kekompleksan antara bahagia , selamat dan sejahtera kita harus memberantas sifat-sifat buruk kita, dimana sifat-sifat buruk tersebutlah yang menjadi penghambat menuju suatu kebahagiaan.

Dalam penghujung permenungan ini, marilah kita menilai diri kita sendiri. Apakah saya berbahagia? Apakah saya layak berbahagia? Apakah saya memiliki mental yang baik untuk berani mengambil resiko?. Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab oleh anda !

           

Palembang, 12 Januari 2016

Salamku Bagi anda semua,

Michael Juan Pandi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun