Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Lelah yang Harus Salah

9 Agustus 2020   23:01 Diperbarui: 9 Agustus 2020   23:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istighfar untuk segala khilaf. Tahmid untuk segala takjub.

Kawan-kawan yang dirahmati Allah.

Tak terbatasnya ekspektasi manusia. Berharap diakui, berharap dipercaya, berharap dipuji, dan seterusnya. Namun seringkali, kenyataan meleset dari harapan. Ini sagat lazim. Bahkan meski dibawa "lebay" sekalipun, takdir kita memang harus demikian.

Jika menggunakan pemisalan. Kita, berposisi sebagai suami. Baru saja tiba di rumah, belum duduk belum ngopi, belum pula melepas alas kaki. Tetiba istri kita menyambut dengan rangkaian keluhan dan laporan. "Tahu ngak, Pah. Ini Si Kakak kok bikin masalah sama anak tetangga." (Bla bla bla panjang lebar ke mana-mana)

Jadinya, "zonk". Lebih parahnya lagi, klimaks dari keluhan isteri itu adalah MENYALAHKAN. "Abis Papa sih (bla bla bla)".

Ingin hati disambut dengan pertanyaan ringan, lalu disodori secangkir minuman. Namun kenyataan belum berpihak pada harapan.

Sebaliknya. Bagi yang kita berposisi sebagai isteri. Karena memang tak semua suami itu mampu berbicara lembut, memang ada tipikal suami yang ralatif "direct" alias tak menakar prasaan atau tak melihat situasi. Atau dalam istilah orang Sunda, "pok sang" atau bahkan "pok sok".

Kita dalam kondisi berjibaku mengurusi printilan pekerjaan rumah, tanpa bantuan ART, dengan jumlah "krucil" dalam kondisi "recet" (baca: ramai), tetiba mendapat pertanyaan menohok dari sang suami. "Ini kenapa layar TV jadi tergores begini? Makanya yang betul kalau ngurus anak-anak. Ingetin kalau mereka sampai merusak benda. Kan seharian kamu nggak ke mana-mana. Cuma di rumah doang."

Jlebbbb. Nyesekkkk.

Bahkan ada lagi pertanyaan yang lebih sensitif dan meyakitkan. "Kok uangnya udah habis lagi sih. Emang dipake apa aja?"

Kalau sudah demikian, para istri ingin sekali menyodorkan rincian buku kas. Atau yang lebih detail dari itu. Menyodorkan buku neraca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun